MAJENE, EDUNEWS.ID— Ironi pendidikan masih menghantui masa depan anak-anak generasi bangsa. Selain karena sistem pembelajaran secara nasional yang belum mampu menjawab kebutuhan anak usia sekolah, sarana dan prasarana juga kian kali menjadi hambatan bagi anak usia sekolah dalam mengenyam dunia pendidikan.
Majene, salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat misalnya, meski mendapat julukan sebagai kota pendidikan, namun kondisi pendidikan di daerah tersebut masih jauh dari harapan.
Salah satunya, Siswa Sekolah Dasar (SD) 13 Inpres Kabiraan, Desa Sulai, Kecamatan Kabiraan, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi-Barat, terlantar di jalanan sejak sepekan terakhir. Tentu bukan tanpa sebab, para siswa yang terlantar di depan SD 13 Inpres Kabiraan ini diakibatkan Bus Sekolah yang rutin mereka tumpangi tidak beroperasi.
Saat jurnalis edunews.id menghampirinya, salah satu murid SD 13 Inpres Kabiraan, Ersa (12 tahun) mengatakan, Bus Sekolah yang selama ini mereka tumpangi, sudah sepekan tidak jalan. Bus Sekolah yang selama ini belum beroperasi, diduga kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar.
“Sudah satu minggu tidak beroperasi, habis solar,” katanya, ke edunews.id, sambil meminta tolong kepada kru edunews.id untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Lanjut Ersa, selama ini mereka hanya mengharapkan belas kasihan para pengendara motor ataupun mobil yang melintas, untuk sampai ke rumah, tanpa membayar.
“Kami biasa tahan mobil atau motor yang lewat, kami tidak bayar karena tidak punya uang,” paparnya.
Seperti diketahui, Bus Sekolah selama ini menjadi andalan siswa-siswa di Siswa Sekolah Dasar (SD) 13 Inpres Kabiraan, Desa Sulai, Kecamatan Kabiraan, Kabupaten Majene, untuk antar-jemput. Bus Sekolah tersebut adalah bantuan kendaraan gratis dari Pemerintah Kabupaten Majene, untuk memajukan pendidikan di Kabupaten Majene. Diketahui, Kabupaten Majene mendapatkan gelar sebagai kota pendidikan di Sulawesi-Barat.
Salah satu orang tua siswa yang juga masyarakat setempat, Ilham membenarkan, Bus Sekolah yang selama ini siswa sekolah tumpangi, mengalami kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar.
“Habis solar. Biasanya, pihak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) juga tidak ingin memberikan lagi solar ke Bus Sekolah, karena Pemerintah Kecamatan Kabiraan, belum membayar biaya solar sebelumnya,” jelasnya, ke wartawan edunews.id, Kamis, (17/01/17).
Orang tua siswa SD 13 Inpres Kabiraan lainnya, Hayati menuturkan, dirinya khawatir kepada anaknya saat ke sekolah, selain bus sekolah belum aktif, juga karna jarak antara sekolah dan rumah cukup jauh.
“Kasihan anak saya masih SD, tidak ada yang antar dan jemput, jauh,” tuturnya.
“Jarak antara rumah siswa ke sekolah, sekitar lima kilometer. Kalau tidak ada yang berbaik hati mengantarnya, mau tidak mau harus jalan kaki sejauh lima kilometer,” tutupnya.
TASRIF