MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Dalam Diskusi Publik bertajuk “Dinamika Problem Anak: Dampak Sosial terhadap Pertumbuhan dan Perkembangannya” yang dihelat MUI Makassar di Hotel Horison Ultima, pada Sabtu (15/7/2023), salah satu narasumber perwakilan Dinsos (Dinas Sosial) Kota Makassar mengaku belum mampu menyelesaikan kasus prostitusi online.
Mendengar hal tersebut, Astiti Tenriawaru Ahmad selaku Akademisi Psikolog UNM (Universitas Negeri Makassar) angkat bicara.
Menurutnya, prostitusi yang gemar dilakukan oleh kebanyakan pemuda/i disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Di faktor internal, aspek kognitif dan emosi seseorang dapat menjadi penyebab.
“Kognitif berperan dalam memahami setiap permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi yang tepat dari permasalahan tersebut. Sedangkan emosi mampu meregulasi emosinya sehingga tepat dalam dalam menemukan solusi permasalahan”, ucap Tenriawaru saat dihubungi via Whatsapp, pada Senin (17/7/2023).
Sedangkan faktor eksternal, interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya menjadi penyebab utama.
“Faktor ke dua terkait dengan eksternal (misalnya) orang tua, teman sebaya, masyarakat, dan media. Hubungan individu terhadap orang lain berdampak pada perspektifnya dalam melihat sesuatu termasuk berkaitan dengan prostitusi ini”, ungkapnya.
Lebih lanjut Ia menyampaikan lebih rinci bahwa lewat interaksi sosial, keinginan palsu anak-anak dapat tercipta.
“Alasan yang paling banyak muncul pada para remaja saat ini berkaitan dengan gaya hidup yang hedon menjadikan mereka terdorong melakukan hal instan yang tidak begitu membebani mereka”, jelasnya.
Karena ingin memenuhi keinginan palsu sedangkan anak tersebut tidak mampu dari segi ekonomi, maka jalur prostitusi online menurut Tenriawaru dapat menjadi solusi yang mutakhir.
“Keinginan untuk memiliki dan dihargai menjadikan mereka memilih untuk menempuh jalur prostitusi. Beberapa remaja juga ada yang melakukan ini untuk mendapatkan kepuasan seksual atau pun kasih sayang”, tuturnya.
Di samping itu, hubungan yang kurang harmonis dengan keluarga akan menciptakan pengalaman yang buruk terhadap anak. Sehingga makna prostitusi dapat bergeser bagi anak-anak.
“Hubungan dengan orang tua yang kurang baik bisa menjadi salah satu alasan atau pengalaman masa lalu lainnya sehingga mereka membutuhkan ini bukan hanya sebagai pekerjaan menghasilkan uang tapi menjadi kebutuhan baginya”, tutup Tenriawaru.
