JAKARTA, EDUNEWS.ID – Perusahaan tambang batu bara terbesar keenam di dunia Adaro Energy Group–kini PT Alamatri Resources Energy Tbk–menyelesaikan pemisahan unit batu bara termalnya ke dalam PT Adaro Andalan, 5 Desember 2024.
Menurut analisis terbaru Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), perubahan struktur ini memungkinkan Alamtri mengakses kembali pendanaan dari Bank DBS dan Standard Chartered, yang sekaligus mengungkap celah dalam kebijakan divestasi bank.
Alamtri kini memegang 15% saham Andalan, sementara Adaro Strategic Capital memiliki 41%, sehingga pendapatan batu bara termal tak lagi tercatat di laporan keuangan Alamtri.
Saat ini, Alamtri memiliki tiga anak perusahaan utama: Adaro Minerals, Saptaindra Sejati (SIS), dan Adaro Clean Energy Indonesia.
“Bank DBS dan Standard Chartered sebelumnya menarik diri dari pembiayaan proyek smelter aluminium Adaro pada Februari 2023 karena penggunaan batu bara termal. Namun, setelah spin-off (pemisahan) perusahaan, Alamtri memenuhi syarat kebijakan divestasi kedua bank tersebut. Hal ini karena bank tersebut hanya menilai pendapatan di tingkat operasional per satu perusahaan, bukan di tingkat grup,” kata Ghee Peh, analis IEEFA.
Laporan IEEFA menunjukkan, proyek energi terbarukan Adaro Clean Energy Indonesia mencakup pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 8 MW di Kalimantan Tengah; Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 1,4 GW di Kalimantan Utara; dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 70 MW di Kalimantan Selatan.
Mulai 2026, Bank DBS memberlakukan kebijakan melarang pendanaan bagi perusahaan yang lebih dari 50% pendapatannya berasal dari batu bara termal. Standard Chartered akan menerapkan batas 60% pada 2025, 40% pada 2027, dan 5% pada 2030.
Dengan hanya 15% saham di Andalan, Alamtri dapat mengklaim bukan lagi perusahaan batu bara termal, meski masih terkait secara tidak langsung.
“Dengan semakin ketatnya regulasi lingkungan dan meningkatnya tekanan global terhadap industri batu bara, langkah perbankan memperbaiki kebijakan divestasi akan menentukan seberapa efektif transisi ke energi terbarukan. Kami menyarankan semua bank memeriksa persentase pendapatan di tingkat grup, bukan di tingkat operasional. Adaro Strategic Capital (ASC) memiliki 46% saham Alamtri dan 41% saham Andalan. Oleh karena itu, kepemilikan tersebut harus dikonsolidasikan dalam neraca ASC,” kata Mutya Yustika, spesialis keuangan energi IEEFA.
