MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Setiap tanggal 12 Juli, kalender dunia mencatat dua peringatan penting yang sarat makna: Hari Koperasi Indonesia (HKI) di tingkat nasional dan Malala Day di panggung global. Pada tahun 2025 ini, Indonesia merayakan HKI ke-78 dengan fokus pada kemandirian ekonomi, sementara dunia mengenang keberanian Malala Yousafzai, ikon perjuangan hak pendidikan. Kedua peringatan ini, meskipun berbeda skala, sama-sama menyuarakan nilai-nilai fundamental seperti keadilan, kemajuan, dan hak asasi manusia.
Hari Koperasi Indonesia ke-78: “Koperasi Maju Indonesia Adil Makmur”
Hari Koperasi Indonesia, yang diperingati setiap 12 Juli, adalah momen refleksi atas peran strategis koperasi dalam pembangunan ekonomi bangsa. Tahun ini, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) mengusung tema “Koperasi Maju Indonesia Adil Makmur”, sebuah visi yang menekankan kontribusi koperasi dalam mewujudkan kesejahteraan yang merata.
“Tema ini adalah komitmen kita untuk terus menjadikan koperasi sebagai garda terdepan pemerataan ekonomi,” ujar Dr. Ir. Nurdin Halid, Ketua Umum Dekopin, dalam pernyataan resminya. “Koperasi bukan hanya sekadar badan usaha, melainkan penjelmaan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa kita.”
Sejarah Singkat dan Tonggak Penting Koperasi Nasional
Cikal bakal gerakan koperasi di Indonesia berakar pada akhir abad ke-19, dimulai dengan inisiatif R. Aria Wirjaatmadja yang mendirikan Bank Priyayi pada tahun 1896 di Purwokerto untuk membantu masyarakat dari jeratan rentenir. Semangat ini kemudian diadopsi oleh organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo dan Serikat Dagang Islam pada awal abad ke-20, yang melihat koperasi sebagai instrumen perjuangan ekonomi pribumi melawan dominasi kolonial.
Titik balik penting terjadi setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada 12 Juli 1947, Kongres Koperasi pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat, menetapkan keputusan fundamental: pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI), penetapan gotong royong sebagai asas koperasi, serta penentuan 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional.
“Kongres di Tasikmalaya itu adalah fondasi ideologis dan organisatoris gerakan koperasi kita,” jelas Prof. Dr. Siti Aminah, Guru Besar Ekonomi Koperasi dari Universitas Gadjah Mada. “Penetapan gotong royong sebagai asas menunjukkan bahwa koperasi kita berakar kuat pada nilai-nilai luhur bangsa.”
Malala Day: Suara Keberanian untuk Hak Pendidikan Global
Lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Lembah Swat, Pakistan, Malala Yousafzai menunjukkan keberanian luar biasa sejak muda. Di usia 11 tahun, ia mulai menulis blog anonim untuk BBC Urdu, dengan nama pena “Gul Makai”, menceritakan hidup di bawah rezim Taliban yang melarang anak perempuan bersekolah dan tekadnya untuk terus belajar.
Keberaniannya mengundang bahaya. Pada 9 Oktober 2012, Malala ditembak brutal oleh anggota Taliban saat pulang sekolah. Serangan itu, yang bertujuan membungkamnya, justru memicu gelombang dukungan global dan mengubahnya menjadi simbol perjuangan pendidikan.
Aktivisme Global dan Hadiah Nobel Perdamaian
Setelah pulih, Malala tidak gentar. Ia melanjutkan aktivismenya di panggung internasional, menyerukan hak pendidikan bagi semua anak. Pada 2013, ia mendirikan Malala Fund, organisasi nirlaba yang berinvestasi pada pendidikan anak perempuan di seluruh dunia.
Puncaknya, pada 2014, Malala Yousafzai dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, menjadikannya penerima Nobel termuda dalam sejarah pada usia 17 tahun. Penghargaan ini diberikan atas perjuangannya melawan penindasan anak-anak dan kaum muda, serta untuk hak semua anak atas pendidikan.
“Malala adalah inspirasi bagi kita semua,” kata Ms. Eleanor Vance, perwakilan UNICEF untuk Asia Tenggara, dalam sebuah forum internasional hari ini. “Ia menunjukkan bahwa satu suara, bahkan dari seorang anak, dapat mengguncang dunia dan memperjuangkan hak asasi manusia yang paling mendasar: pendidikan.”
Peringatan Hari Koperasi Indonesia dan Malala Day pada 12 Juli mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai universal seperti keadilan, kemandirian, gotong royong, dan hak atas pendidikan. Keduanya menjadi seruan untuk terus berjuang demi masyarakat yang lebih baik, baik di tingkat lokal maupun global. (**)
