MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Perkembangan zaman begitu cepat dan saat ini kita telah menjalani revolusi industri 4.0 dan sebentar lagi akan memasuki era industri 5.0, di era digitalisasi, era disrupsi membawa perubahan kehidupan begitu cepat bagi umat manusia.
“Belum lagi dinamika geopolitik global turut memicu ‘ketidakpastian’ Persoalan yang dihadapi juga semakin kompleks, sehingga mahasiswa dituntut harus berpikir sistem secara komprehensif,” demikian disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Himpunanan Mahasiswa Islam (PBHMI) MPO, Najamuddin Arfah pada dialog kebangsaan yang diselenggarakan oleh HMI MPO Komisariat UINAM di Gowa, Sulsel, Jumat (8/11/2019).
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Hasanuddin ini mengungkapkan, olehnya itu perlu dipikirkan bagaimana reformulasi dan revitalisasi model gerakan mahasiswa saat agar gerakan mahasiswa adaptif terhadap perubahan.
“Mahasiswa kekinian dituntut untuk punya kemampuan critical thinking, creativity, communication dan collaboration,” ujar mantan Ketua Umum HMI Cabang Makassar ini.
Naja melanjutkan, paling penting bagi kader hmi, sebagai insan ulil albab yang dicita-citakan oleh khittah perjuangan, terus memperkuat identitas keislaman tanpa melupakan identitas keindonesiaan. Selain itu, seorang kader HMI juga perlu memiliki komitmen ideologis dan epistimologis.
“Mengupgrade kapasitas intelektual dan spiritual, karena hanya dengan intelektualismelah, serta fondasi idealisme yang kuat gerakan mahasiswa menjadi punya value,” ungkapnya.
Dalam dialog kebangsaan yang merupakan rangkaian pelantikan HMI Komisariat UINAM ini, selain menghadirkan Sekretaris Jenderal PBHMI, Najamuddin Arfah, juga hadir Rizal Pauzi, aktifis IMM Sulsel yang juga penulis buku ‘Predator Demonstran’. Hadir juga panelis lainnya Direktur Parahikma Institute, Juliadi Solong yang juga mantan Ketua PAO HMI (Dipo) Cabang Makassar.
