MALILI, EDUNEWS.ID – Kematian Satrio, korban yang ditemukan tewas di sungai Angkona Luwu Timur (Lutim) masih menjadi tanda tanya besar bagi keluarga yang bersangkutan.
Pasalnya, pernyataan Polres Lutim soal tidak adanya tanda tanda kekerasan, dinilai janggal dan kontradiktif dengan kondisi korban saat ditemukan pertama kali.
“Kami melihat langsung evakuasi jenazah. Di bagian wajah dan badan terlihat jelas luka lebam dan di bagian kepala mengeluarkan darah. Apakah masih dapat kita katakan tidak ada kekerasan?” jelas Idrus selaku juru bicara keluarga, Sabtu (3/4/2022).
Aldiyat, Direktur LBHMI PB HMI yang melakukan dampingan kasus, mengatakan bahwa pihak keluarga telah berulang kali meminta kepada Polres untuk diperlihatkan hasil visum asli secara langsung.
Hal ini demi memperjelas penyebab kematian Satrio serta mencegah spekulasi di masyarakat mengenai kematiannya.
Sayangnya, kata Aldiyat, permintaan tersebut tak kunjung direspon Polres Lutim.
“Kami memahami hasil visum tersebut merupakan kewenangan kepolisian dalam proses penyelidikan. Tapi untuk keterbukaan informasi, keluarga berhak mengakses hasil visum tersebut dan itu seharusnya sah sah aja,” ujarnya.
Oknum Minta Biaya Otopsi
Selain hasil visum yang belum ditanggapi, Aldiyat menyayangkan adanya oknum penyidik yang meminta biaya otopsi pada keluarga korban.
“Ada oknum penyidik Polres Lutim yang menangani kasus ini, mencoba memeras keluarga korban secara terang terangan dengan meminta biaya otopsi kepada ayah korban,” beber Aldiyat.
Pihaknya pun meminta Polres Lutim menjaga profesionalitas dan integritas, serta terbuka dalam menjawab setiap pertanyaan keluarga korban. (rilis/Adt)
