BULUKUMBA, EDUNEWS.ID – Mahasiswa Pemerhati Alam dan Seni Budaya Kajang (Mapaska) sukses menggelar Dialog Budaya di Aula Kantor Camat Kajang (25/12/2022).
Dialog tersebut mengangkat tema Peran Pemuda dan Pemerintah dalam Melestarikan Budaya Kajang.
Adapun tiga narasumber utama yang hadir diantaranya Syarifuddin Kepala Desa Pantama (Galla Pantama), Wahidin Budayawan, dan Sutarman sebagai pemuda.
Dalam dialog tersebut hadir pula kalangan Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda se Kajang, termasuk para siswa SMA dan sederajat.
“Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja Mapaska yang didasari kegelisahan pemuda akan masa depan Budaya Kajang” ucap Ashar Agustiawan kepada edunews.id
Menurutnya, pola kehidupan masyarakat saat ini adalah pola hidup serba instan akibat pengaruh dari budaya global.
Sementara budaya global dinilai bertentangan dengan prinsip hidup masyarakat Kajang yakni Kamase Masea atau hidup dengan kesederhanaan.
Disaat bersamaan, Kades Pantama mengatakan pemerintah harus berkolaborasi dengan pemuda dalam melestarikan budaya.
“Pelestarian budaya Kajang bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan pemangku adat, tetapi memerlukan kepedulian kita semua” jelasnya
Sutarman sebagai pemuda mengatakan prinsip hidup kamase masea tadi merupakan nafas pemuda dalam pelestarian budaya Kajang.
Namun kondisi pemuda saat ini dinilai tokoh pemuda tersebut mayoritas apatis.
“Mereka hanya akan mengangkat dan mengaguminya dengan maksud tertentu saja” sambungnya
Komunitas Pemerhati Alam dan Seni Budaya Kajang (Mapaska) memandang kondisi masyarakat Adat Kajang perlahan mengalami pergeseran nilai. Kondisi tersebut menyebabkan terkikisnya makna dan nilai-nilai adat ‘sederhana’.
Terakhir Budayawan Wahidin menyebut tantangan terbesar masyarakat adat Kajang hari ini adalah pengaruh budaya luar. Untuk itu, Wahidin menegaskan perlunya penyaringan budaya.
