EDUNEWS

BEM KM UGM Nilai Warga akan Dirugikan Imbas Pemerintah Setempat Tata Kawasan Malioboro

Sumber: IG. bemkm_ugm

MAKASSAR, EDUNEWS.ID – “Harapannya bisa tetap berjualan di sini (trotoar) Jalan Malioboro. Kami siap kok ditata, tapi tetap di sini. Silakan Malioboro dijadikan indah, tapi tidak perlu memindah”, ucap Yati selaku PKL (Pedagang Kaki Lima) selama belasan tahun di kawasan Malioboro, dilansir IG. bemkm_ugm, pada Minggu (2/7/2023).

Hal tersebut terucap dari salah satu warga yang berprofesi sebagai PKL akibat terkena imbas relokasi tempat berjualan. Diketahui, Pemda (Pemerintah Daerah) Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Pemkot (Pemerintah Kota) Yogyakarta sedang menata trotoar di sekitaran kawasan Jalan Malioboro.

Masih dilansir IG. bemkm_ugm, penataan tersebut dilakukan imbas pengajuan ‘Sumbu Filosofi Yogyakarta’ ke UNESCO untuk menunjukkan orisinalitas bangunan guna pelekatan status warisan budaya dunia. Pemda bersama Pemkot berdalih bahwa penataan juga ditujukan untuk memperbaiki desain aktivitas ekonomi, penguatan daya dukung, dan sebagai perwujudan peningkatan sistem jaringan pejalan kaki.

Pemerintah setempat rencananya akan memindahkan para pedagang tersebut ke Teras Malioboro 1 dan 2. Akan tetapi Purwandi, salah satu pedagang di Malioboro sejak tahun 1991, mengeluhkan soal relokasi yang menurutnya memberatkan para penjual.

“Pemerintah tidak bisa menjamin kesejahteraan PKL. Jadi relokasi ini dirasakan oleh teman-teman sangat berat”, jelas Purwandi.

Menurut Kementerian Advokasi dan Jejaring Masyarakat BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) KM (Keluarga Mahasiswa) UGM (Universitas Gadjah Mada), ada beberapa permasalahan baru yang bisa muncul akibat relokasi. Di antaranya:

  1. Terjadi penurunan pendapatan akibat sepinya peminat karena Teras Malioboro sebagai pusat perbelanjaan tapi terisolasi dari pembeli.
  2. Lapak sempit dengan luas 120 cm x 120 cm di Teras Malioboro 2 tidak layak bagi PKL untuk berjualan.
  3. Timbulnya kecemburuan sosial imbas perbedaan keuntungan. Hal ini disebabkan pedagang yang memiliki lapak di bagian depan akan lebih mudah dijangkau pembeli dibanding di bagian belakang.

Dampak negatif tersebut berpotensi berimbas kepada para pedagang hingga salah satu warga hanya bisa pasrah menerima lantaran keadaan yang menurutnya tak menguntungkan.

“Terimanya seperti ini, mau gimana lagi. Kita Cuma bisa nerima apa yang didapat”, pasrah Ida yang kesehariannya berdagang tas di Malioboro.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top