Kampus

Pengajian Rutin Unismuh Bahas Isra Miraj dengan Pendekatan Astronomi

Pengajian rutin di Masjid Sabussalam Al Khoory Unismuh Makassar, Selasa (9/3/2022).

MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Pengajian Rutin Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar membahas Isra Mi’raj dengan pendekatan Astronomi di Masjid Sabussalam Al Khoory Unismuh Makassar, Selasa (9/3/2022).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dosen UIN Alauddin, Dr Alimuddin.

Dia memaparkan bahwa Isra Mi’raj menurut sains atau astronomi adalah perjalanan keluar dimensi ruang-waktu.

“Isra Mi’raj bukan perjalanan biasa, bukan perjalanan dengan wahana antariksa, serta bukan perjalanan antariksa di antara planet planet, bintang bintang, atau galaksi,” terangnya.

Sedangkan manusia, kata Alimuddin, hidup di dalam dimensi ruang-waktu. Ada ruang, jauh-dekat, masa lampau-sekarang-masa depan, serta waktu singkat dan waktu lama.

Oleh sebab itu, kata Alimuddin, wajar sahabat Rasulullah kaget ketika mendengar perjalanan kurang dari semalam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Sebab, perjalanan dengan kuda tercepat pun butuh waktu cukup lama.

Diapun menjelaskan bahwa salah satu pelajaran penting pada peristiwa ini, yakni Rasulullah dan buraq keluar dari dimensi ruang-waktu.

“Pertemuan di langit itu menggambarkan Rasul tidak lagi terikat pada waktu. Dalam konteks ini tentu tidak perlu lagi bertanya, dan tidak relevan lagi bertanya di mana itu, sebab hal ini sudah keluar dari dimensi ruang waktu,” jelas Alimuddin.

“Malaikat Jibril, jin, itu juga termasuk makhluk di luar dimensi ruang waktu. Karena itu mudah saja bagi malaikat mengajak nabi melakukan perjalanan di luar ruang-waktu. Ini hal yang sama ketika iblis turun ke bumi dan bisa berada di mana pun dan tidak mati,” tambahnya lagi.

Perjalanan Rasulullah di tujuh lapis langit, lanjut Alimuddin, dapat ditinjau secara sains. Langit tujuh lapis dalam peristiwa Isra Miraj bermakna jumlah benda langit tidak berhingga.

“Sebab tidak ada lapisan langit dan atmosfer secara nyata di alam semesta. Atmosfer dibedakan berdasarkan derajat suhu dan lainnya, namun tidak secara khusus berlapis. Sementara itu, langit mencakup wilayah orbit satelit, orbit bulan, dan juga tata surya,” jelasnya.

Alimuddin mengutip Prof Thomas Jamaluddin bahwa struktur besar alam semesta yang tidak hingga itu disebut tujuh langit. Anggapan lapisan langit sebelumnya dapat terbentuk saat ilmu astronomi dan astrologi belum dipisahkan. Dalam konsep sains tafsir lama, 7 langit tempat Nabi Muhammad SAW diasosiasikan dengan bulan dan planet-planet di tata surya.

Saat itu setiap benda langit tersebut dimaknai bertempat di satu lapisan langit berbeda.

“Rasulullah lalu ditafsirkan bertemu Nabi Adam di bulan, Nabi Isa dan Yahya di Merkurius, dan seterusnya. Menurut sebagian ahli analogi makna 7 langit sebagai langit yang tidak berhingga juga tampak pada tujuh lautan di Al Qur’an surat Luqman ayat 27,” ungkap Alimuddin. (*)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top