MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Festival Perkaderan HMI Cabang Makassar yang dipusatkan di Hotel Grand Sayang, Jalan Manunggal, Makassar, sementara digelar.
Kegiatan yang dibuka 27 Juli 2025 oleh Menteri BKKBN ini bertabur tokoh dan bintang dari berbagai disiplin ilmu.
Salah satunya adalah novelis peraih penghargaan Kusala Sastra Indonesia, Mahfud Ikhwan dihadirkan sebagai pembicara bertajuk “Sastra dan Perubahan Sosial”. Mahfud menyapa segenap peserta dengan semangat karya sebagai salah satu poin melakukan perubahan sosial.
Ketua Umum HMI Cabang Makassar, Sarah Agussalim, mengatakan, konsep Festival Perkaderan ini merupakan yang pertama di Indonesia dan menjadi perbincangan akhir-akhir ini karena memadankan perkaderan yang sifatnya formal dengan festival yang non formal.
“Ini menandakan HMI Makassar terbuka atas perubahan dan modernitas. Kami ingin perkaderan tidak hanya dimaknai sebagai ajang penguatan kapasitas keanggotaan tetapi juga penguatan tradisi diskusi, literasi, kesusastraan dan perubahan sosial,” katanya.
Lanjut Sarah, selain menghadirkan Mahfud Ikhwan, beberapa tokoh yang berdiam di Makassar juga dihadirkan, misalnya akademisi kajian budaya yang mengkaji “Humanisme pasca Humanisme”, juga ada diskusi ekologi lintas iman yang menghadirkan pimpinan lembaga Cipayung.
“Malamnya kader dihibur dengan berbagai pertunjukan yang menarik, berupa puisi, musikalisasi hingga penampilan musik dari komunitas yang terlibat. Bagi kami ini adalah kegiatan kolaboratif yang luar biasa,” tuturnya.
Sarah menekankan, kolaboratif adalah kata kunci dari festival perkaderan ini. Sebab pelaksanaan dikawal bersama, ada Intermediate Training dari Kabid PA, Latihan Khusus Kohati dari Korps HMI-wati, serta Senior Course dari Badan Pengelola Latihan.
“Kami memulai satu langkah kolaboratif ini, tak hanya dalam internal HMI, tetapi juga eksternal HMI. Komunitas dan lembaga lainnya bersatu menyukseskan, termasuk toko-toko buku yang menyokong gerakan literasi,” paparnya.
Sarah menambahkan, kegiatan dan kehadiran Mahfud Ikhwan, menandakan bahwa HMI masih berliterasi dan dekat dengan wacara perubahan, literasi dan sastra.
“Sehingga jangan membangun stereotip bahwa HMI hanya lekat dengan gerakan praktis dan taktis. Festival Perkaderan membantah itu,” tegasnya. (*)
