*Oleh Fathurahman
OPINI, EDUNEWS.ID – Selamat, setelah sekian purnama dengan segala upaya dan sekelumit peristiwa yang mewarnai dinamika kelembagaan, pemilihan Ketua BEM Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kembali terlaksana.
Menjadi kesan tersendiri bagi saya, dapat menyaksikan dan merasakan euforia perhelatan akbar, yakni pemilihan Ketua BEM Universitas (BEM-U) Unismuh Makassar.
Mengapa? kurang lebih dalam kurun waktu 7 tahun, BEM-U Unismuh mengalami kekosongan kepemimpinan.
Artinya ada banyak senior kami yang selama proses kemahasiswaannya tidak dapat merasakan euforia pemilihan.
Namun sedikit merefleksi mekanisme pemilihan kemarin. Enggan rasanya mengatakan bahwa itu adalah pesta demokrasi akbar bagi seluruh mahasiswa.
Pasalnya, kesan terburu-buru bak Pengesahan ‘RUU IKN’ nampak amat jelas. Mulai proses pendaftaran calon hingga proses kampanye yang amat singkat.
Belum lagi mekanisme pemilihan dengan sistem keterwakilan di setiap fakultas, menurut saya mengurangi partisipasi setiap mahasiswa.
Secara umum, kampus dan lembaga kemahasiswaan adalah mitra dalam upaya mempersiapkan generasi pelanjut.
Namun apa jadinya, jika asumsi yang terbangun bahwa hadirnya ‘BEM-U’ Unismuh sekedar pelengkap standarisasi kampus dalam menyambut tim asesor itu benar?
Harap cemas, mampukah normalisasi kelembagaan di realisasikan ataukah hanya benar-benar menjadi pelengkap saja.
Problematika lembaga kemahasiswaan hari ini amatlah kompleks. Kurang nya minat berlembaga menjadi bahan refleksi kita semua.
Apa yang salah dalam lembaga kita?
Apakah kita gagal dalam bertransformasi?
Ataukah kekolotan masih melembaga dalam praksis gerakan kita?
Entahlah, zaman selalu menuntut kita untuk adaptif dan mereformulasi gerakan ke depan dengan bercermin di masa lampau adalah suatu keniscayaan.
Sekelumit problematika internal kelembagaan di Unismuh Makassar baik dari segi administrasi maupun gerakan pembinaan, tidak lepas dari kosongnya kepemimpinan seperti yang saya jelaskan di awal.
Momentum itu sudah lewat beberapa pekan dan saya masih menanti dengan penuh harap gebrakan dan daya gedor dari Badan BEM-U.
Izinkan saya sedikit mengutarakan imajinasi saya tentang nasib lembaga kedepan jika kiranya ‘BEM-U’ tidak kembali pada fitrahnya.
Saya membayangkan, kedepan jika UKT terus merangkak naik, ruang gerak mahasiswa terus dibatasi, dan lembaga kemahasiswaan makin dipersekusi, apa yang akan dilakukan BEM-U?
Semoga BEM-U Unismuh mampu lebih baik dengan pemimpin baru.
Fathurahman, Ketua HMJ PAI Unismuh Makassar
