Opini

Pemilu 2024 Momentum Konsolidasi Milenial Melawan Hoax

Abidin Tatroman/penulis.

*Oleh Abidin Tatroman

OPINI, EDUNEWS.ID – Laporan terbaru We Are Social dan Hootsuite jumlah pengguna sosial media di seluruh dunia pada tahun 2023 mencapai 4,76 miliar. Data ini dirilis per Januari 2023. Angka tersebut setara dengan 59,4% populasi penduduk dunia.

Sedangkan di Indonesia, lembaga tersebut merilis pengguna internet mencapai 212,9 juta orang Indonesia setiap saat mengakses internet dari total populasi Indonesia 276,4 juta. Dari tersebut, sebagian besarnya berselancar di sosial media sebagai instrumen interaksi sehari-hari.

Data yang dirilis oleh We Are Social dan Hootsuite tersebut menunjukan kecenderungan penggunaan sosial media kian bertambah. Tentunya karena mudah mengakses informasi dengan cepat dan jadi branding yang paling efektif. Kendati demikian, sosial media berpotensi jadi ancaman bagi demokratisasi di Indonesia. 

Berkaca pada Pemilu 2019, polarisasi dan keterbelahan masyarakat justru disebabkan karena penyelewengan pengguna sosial media dalam menyebarkan berita bohong (hoax) dan hespick yang memicu konflik sosial antara anak bangsa. Olehnya itu, demokrasi perlu dijaga dengan penguatan kapasitas anak muda menghadapi masalah-masalah ancaman sosial media. 

Kominfo merilis data pada tahun 2022 bahwa angka penyebaran berita bohong (hoax) pada situs sosial media yang terindikasi menyebarkan berita bohon mencapai 800.000. Artinya teknologi internet jadi lahan subur bagi orang-orang yang dengan sengaja memprovokasi suasana dengan menyebarkan berita bohong yang meresahkan masyarakat dan kegaduhan publik.

Ancaman ini sangat membahayakan proses demokratisasi pada Pemilu 2024 mendatang.

Selain dengan mudah memprovokasi keadaan, juga dimanfaatkan untuk menghantam para kompetisi lain dengan isu-isu yang tidak produktif dan edukatif.

Padahal Pemilu 2024 diharapkan jadi sarana pendidikan politik yang mencerdaskan generasi muda sekarang dan yang akan datang. Olehnya, sosial media penting untuk menghadirkan konten yang memberikan pemahaman utuh tentang demokrasi yang fair dan jujur. 

Kekhawatiran ini menjadi satu upaya bersama menjaga demokrasi Indonesia dengan kualitas Pemilu 2024 yang akan datang.

Upaya yang dilakukan adalah dengan hadirnya generasi milenial ikut terlibat dan partisipatif menjembatani ide demokrasi agar tumbuh subur di tengah hantaman hoax yang berseliweran di jagat sosial media, termasuk mengantisipasi ancaman penyalahgunaan sosial media sebagai medium sosialisasi/branding pada Pemilu 2024.

Di sisi lain, perkembangan media sosial  juga memberikan peluang, seperti meningkatnya peluang daya saing anak muda menghadapi tantangan pada konteks demokrasi yang sehat. 

Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang tumbuh dengan gagasan dan mengutamakan ide sebagai bahan diskusi, kampanye, dan branding.

Pemilu 2024 adalah momentum konsolidasi anak muda dan komitmen mendorong Pemerintah, terutama penyelenggara Pemilu agar sama-sama menjaga Pemilu 2024 yang Jurdil dan bebas dari kampanye hitam lewat sosial media.

Hemat penulis, Pemilu yang sehat dapat dilahirkan apabila semua unsur saling berkolaborasi serta berkomitmen menjaga demokrasi. 

Sosial media yang memungkinkan masyarakat untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lainnya, namun saat ini dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan penipuan. 

Keberadaan konten negatif yang merusak hanya bisa dilawan dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.

Jumlah pengguna sosial media yang begitu besar, sangat berpeluang mengancam demokrasi, apabila konten yang digunakan bersifat provokatif dan mengadu domba. Dibalik itu, sosial media berpeluang menciptakan demokrasi yang sehat, apabila kontennya bersifat positif.

Partisipasi generasi milenial perlu mengambil peran untuk menjaga demokrasi dari ancaman sosial media yang massif saat ini.

Langkah yang diambil adalah membangun kesadaran generasi milenial terkait pengguna sosial media dan aktivasi jiwa kritis terhadap isu dan konten sosial media.

Pemilu 2024 jadi medium dan panggung bagi generasi milenial dan generasi Z meleburkan ide dan gagasan kritis menghalau hantaman dan ancaman berita bohong di sosial media, sekaligus sebagai momentum konsolidasi politik gagasan, politik ide, dan program untuk menjawab problem yang dihadapi masyarakat saat ini.

Problem yang terjadi ditengah kita saat ini bukan politik identitas, bukan politik sentimental dan adu domba, tetapi masalah lapangan kerja, kemiskinan yang merata hampir semua daerah terdampak, stunting dan pelayanan publik yang masih rumit dan prosedural.

Dengan problem yang dihadapi masyarakat tersebut, idealnya politik yang ditampilkan adalah politik keberpihakan dan tawaran solutif penyelesaian masalah-masalah yang ada.

Generasi milenial dan gen-Z punya peluang besar menentukan siapa yang pantas memimpin Republik ini pada Pemilu 2024. 

Berdasarkan data jumlah pemilih pada Pemilu 2024, generasi milenial dan gen Z akan menjadi pemilih terbesar dengan jumlah 60 % dari populasi jumlah pemilih kita. Jumlah yang fantastis dan mendominasi jumlah pemilih.

Dengan begitu, sangat penting keterlibatan generasi milenial dan gen Z ikut cawe-cawe di dalam kontestasi Pemilu 2024.

Tentu, peluang ini disambut dengan ide dengan menghadirkan ruang-ruang perdebatan yang memastikan Pemilu 2024 melahirkan pemimpin yang tepat memimpin Indonesia menyambut Indonesia Emas 2045. 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top