*Oleh Akbar, Ketua Umum Cabang Makassar Periode 2021-2022
OPINI, EDUNEWS.ID – Awal Agustus lalu, seorang kawan mengabari soal HMI. Dia bilang, saya diminta bergabung PB HMI. Mendengar ajakan ini, saya tak langsung mengiyakan. Saya merenung, kenapa harus saya dipanggil mengurus HMI tingkat pusat. Apa kapasitas saya, perasaan belum memberikan apa-apa untuk organisasi yang terlanjur besar ini. Saya berusaha berpikir positif. Mungkin Handy Formatur Ketua Umum PB HMI atau orang dekatnya, melihat variable lain, sehingga meminta saya menjadi Ketua Komisi Sosial Budaya PB HMI.
Setelah menimbang, dengan berbagai masukan, saya menerima permintaan tersebut dengan syarat. Saya minta kebebasan memilih keanggotaan komisi. Saya menolak dipilihkan. Dengan pilihan sendiri, saya paham, apa yang komisi ini butuhkan. Dalam tiga hari, saya mengumpulkan empat kader terbaik. Dua dari HMI Cabang Makassar, dan masing-masing berasal dari HMI Cabang Jakarta dan Kendari.
Dua kader Makassar terbaik itu adalah Wardah dan Isnaini. Wardah cakap bersosialisasi sementara Isnaini fasih berbahasa inggris. Keduanya saya harap bisa membawa PB HMI lebih dekat dengan Masyarakat luar dalam. Kefasihan berbahasa inggris dapat membangun citra HMI dimata internasional. Ini mungkin terlalu “wah” dimata orang-orang, tetapi penting dan dibutuhkan PB HMI. Organisasi ini perlu membangun hubungan emosional dengan masyarakat sekaligus memperkenalkan gagasan HMI ke masyarakat dunia.
Setelah menemukan dua kader Makassar, saya menghubungi Jasman dan Syarifa. Jasman lihai mengelola media sosial secara konsisten dengan ribuan pengikut. Jasman mampu menganalisa dan peka terhadap situasi sosial politik negara yang carut marut ini. Jika Jasman bergabung, tidak hanya mengembalikan ketajaman analisis sosial politik PB HMI, tetapi juga menegaskan sikap kritis, keberpihakan terhadap kebenaran serta independensi HMI terus terjaga dan makin kuat. Jasman dapat menyebarluaskan gagasan PB HMI secara cepat dan menjangkau banyak orang. Jasman adalah kader terbaik HMI Cabang Kendari. Lalu bagaimana dengan Syarifa. Mantan Ketua Kohati Cabang Jakarta ini berwawasan banyak disiplin ilmu. Dia mampu membawa PB HMI ke panggung isu keperempuanan. Sama dengan Wardah, Syarifa bisa membantu Kohati. Syarifa menyempurnakan posisi Jasman sebagai analisis. Syarifa menjalankan peran vital sebagai komunikator internal HMI dan konsolidasi gerakan sosial PB HMI. Bersama mereka, saya percaya bisa membawa perubahan signifikan.
Setelah mengumpulkan mereka berempat, karena terlalu bersungguh-sungguh ,kami menggelar pertemuan rutin. Saking seriusnya, kita bahkan membahas program kerja.
Tak berselang lama, kabar menyebalkan muncul. Kepastian jadwal pelantikan kepengurusan tidak jelas. Akun resmi PB hanya memposting coming soon. Ada kabar menyebut pelantikan akhir Agustus, Minggu kedua September hingga Oktober. Namun informasi ini tidak hanya simpang siur, tetapi juga membuat semua calon pengurus makin tidak mempercayai kepemimpinan Handy.
Beberapa senior yang peduli dengan PB HMI, menelpon saya. “Akbar kok belum pelantikan PB HMI, sudah lama sekali” tanya senior. Saya jawab begini, “saya juga kurang paham kak, bahkan saat ini belum ada grup calon pengurus, sepertinya proses pelantikan juga tak berjalan,”. Mungkin senior ini paham maksud saya. Kami tidak dirangkul dan merasa tidak dilibatkan sejauh ini. Apakah kami kecewa, marah? Tentu Tidak. Kami sebatas tak percaya saja. Namun perlahan mengerti, apa yang terjadi, menggambarkan betapa kacaunya PB HMI ke depan.
Usai menunggu beberapa minggu soal kepastian pelantikan, kami kembali bertemu. Kami membahas soal visi Komisi Sosial Budaya yang fokus penguatan eksistensi HMI di daerah. Kita tidak ingin kinerja Komisi semua berpusat di Jakarta, sementara di daerah HMI sangat lemah. Salah satu gagasan besar kami, membangun Kampung HMI. Kami ingin PB HMI melakukan penguatan karakter masyarakat dengan nilai-nilai perjuangan HMI, yakni mewujudkan tatanan Masyarakat yang diridhoi Allah swt. Kampung HMI menggunakan konsep KKN perguruan tinggi. Dimana PB HMI mengutus kader ke satu wilayah dengan misi pemberdayaan, perubahan, perbaikan atau bahasa kasarnya revolusi tipis-tipis hehehe.
Namun semua desain dan visi besar ini sulit terlaksana melalui PB HMI. Kami berlima memutuskan batal bergabung ke kepengurusan PB HMI, meskipun nama kami sudah diketahui dan mendapat dukungan penuh cabang masing-masing. Kami memutuskan batal karena menilai kepemimpinan Handy sebagai kepemimpinan tanpa arah. Situasi diperparah ketika kami melihat Handy mulai berkelakuan tak lazim, terus menunda pelantikan, tidak serius merampungkan kepengurusan hingga tidak konsisten dengan narasi perjuangan.
Apalagi saat demo Reformasi Polri dan DPR, Handy lebih memilih berpidato di depan tangan kanan Prabowo, Sufmi Dasco ketimbang bersuara di jalanan bersama kader HMI lainnya.
