Nasional

Bahaya Konsumsi Ikan Hiu : Dosen IPB Tekankan Risiko Logam Berat Pasca Kasus Keracunan MBG

BOGOR, EDUNEWS.ID – Dosen Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi Sekolah Vokasi IPB University, Rosyda Dianah, secara tegas menyatakan bahwa ikan hiu bukanlah bahan pangan yang aman untuk dikonsumsi anak-anak.

Peringatan keras ini disampaikannya menyusul insiden keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat, yang diduga menggunakan ikan hiu sebagai bahan.

Rosyda menjelaskan, hiu merupakan predator puncak dalam rantai makanan laut, yang menjadikannya sangat rentan terhadap akumulasi tinggi zat beracun melalui proses yang disebut biomagnifikasi.

“Hiu adalah predator puncak yang mudah mengakumulasi merkuri, arsenik, dan timbal melalui proses biomagnifikasi. Akumulasi ini menjadikan daging hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia,” ujar Rosyda, dikutip dari laman resmi IPB University, Ahad (5/10/2025).

Gangguan Saraf hingga Kematian

Kandungan logam berat ini, terutama pada anak-anak, berpotensi menimbulkan dampak kesehatan yang serius. Rosyda memaparkan, konsentrasi merkuri (dalam bentuk metil merkuri) yang tinggi bersifat toksik.

“Kandungan metil merkuri pada hiu bersifat toksik, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, hingga gangguan saraf serius,” jelasnya.

Tidak hanya daging, sirip ikan hiu juga disebut Rosyda mengandung merkuri dan arsenik dalam kadar tinggi. Paparan arsenik dapat merusak organ vital seperti hati, ginjal, kulit, dan paru-paru. Lebih lanjut, timbal dapat menyebabkan gejala kejang, koma, bahkan berujung pada kematian jika dikonsumsi.

“Pemilihan ikan hiu sebagai bahan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) jelas tidak tepat, apalagi untuk konsumsi anak sekolah,” tegasnya.  Ia menekankan bahwa anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap efek keracunan logam berat ini.

Sorot Kebersihan Dapur

Rosyda mengingatkan bahwa penyusunan menu untuk anak-anak dalam program MBG harus berpegang pada konsep B2SA, yakni Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Konsep ini bertujuan memastikan anak-anak mendapatkan energi dan gizi yang memadai tanpa menanggung risiko kesehatan.

Selain pemilihan bahan yang aman, Rosyda juga menyoroti pentingnya kebersihan dapur dan distribusi makanan. Ia meminta dapur tempat pembuatan MBG harus selalu bersih, bebas kontaminasi, memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan memenuhi standar pengendalian hama.

Selain itu, distribusi makanan MBG ke sekolah harus tepat waktu. Rosyda menekankan bahwa keterlambatan distribusi dapat secara langsung memengaruhi keamanan pangan.

“Anak-anak tidak boleh dijadikan korban dari kelalaian dalam penyusunan menu dan pengelolaan makanan. Konsep B2SA harus menjadi pedoman utama,” pungkas Rosyda.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top