JAKARTA, EDUNEWS.ID- Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda antara Provinisi Banten dan Lampung mengalami erupsi dengan melontarkan lava pijar dari kawah ke permukaan setinggi 800 meter pada Jumat (22/4/2022).
Data yang dirilis Badan Geologi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui situs magma, Gunung Anak Krakatau mengalami 8 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 37-60 MM dan lama gempa hembusan amplitudo 15-36 mm. Selain itu, lama gempa 20-65 detik serta 1 gempa tremor menerus dengan amplitudo 2-54 mm dominan 50 mm.
Erupsi Gunung Anak Krakatau ditandai dengan dentuma keras hingga terdengar pada radius 40 kilometer. Hal tersebut dibenarkan salah satu warga bernama Suhendi yang di tinggal di Desa Pasauran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. “Perkiraan (dentuman) lebih dari 5 kali, saya kira petir, ternyata gunung Krakatau erupsi,” kata Suhendi, Sabtu (23/4/2022).
Suhendi mengatakan, dentuman Gunung Anak Krakatau tersebut sudah terjadi sejak 3 hari lalu. Dentuman ini juga membuat kaca rumah milik warga bergetar kencang. “Abu vulkaniknya juga banyak di teras rumah warga,” jelasnya.
Sementara kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah Barat Daya. Amplitudo maksimum yang terekam di seismogram 60 mm dan berdurasi 45 detik. Dalam letusan tersebut tidak terdengar suara dentuman.
Dalam laporan yang disusun Deny Mardiono, petugas pos pantau GAK Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, status Gunung Anak Krakatau berada pada Level II atau waspada. Rekomendasinya, masyarakat, wisatawan maupun nelayan dilarang mendekat dalam radius 2 kilometer.
