MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Festival Keadilan akhirnya menyambangi Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Semua pembicara yang hadir membahas soal ‘Demokrasi Mundur, Oligarki Makmur’ yang merupakan tajuk utama kegiatan, termasuk Pakar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar.
Zainal Arifin, nama sapaannya, membahas soal perhelatan Pilpres kemarin yang sarat akan dinasti politik.
Ia pun menuturkan bahwa perlu mengkontekstualisasikan soal politik dinasti di Sulsel. Karena di Sulsel, kata dia, juga terjangkit penyakit politik dinasti.
“Kenapa politik dinasti ini penting untuk kita lihat, karena Sulawesi Selatan termasuk yang agak kuat politik dinastinya,” ucap Zainal Arifin di Pelataran Gedung BU Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Makassar (UNM), Rabu (27/3/2024) siang.
Politik dinasti di Sulsel berdasar temuan sosiologis, lanjutnya, mengakar kuat karena rasa kekerabatan antar-klan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan lewat pengisian jabatan di parlemen hingga pemerintahan oleh kerabat-kerabat tertentu.

Sumber: Dok. Pribadi.
“Kalau anda lihat misalnya siapa yang terpilih menjadi anggota DPR, menjadi anggota parlemen, atau terpilih memegang jabatan tertentu, itu kira-kira 4L, lu lagi lu lagi,” tambahnya.
Politik dinasti yang semacam ini menurutnya tidak membawa perubahan yang berarti. Selain dinasti, politik pragmatis dan oligarki juga jadi dalih kuat mengapa Zainal Arifin menyerukan reformasi hukum dan demokrasi di Indonesia.
Diketahui Festival Keadilan adalah mimbar gagasan yang bertujuan untuk mendobrak kebuntuan atas kompleksitas masalah yang terjadi dewasa ini di Indonesia.
Pantauan di lokasi, puluhan mahasiswa telah memadati lokasi kegiatan pada pukul 13.00 WITA. Hanya saja, rencana lokasi awal yang dikemas outdoor di Taman Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) UNM kandas lantaran hujan.
Akhirnya, lokasi kegiatan dipindahkan ke halaman salah satu pelataran gedung di FEB. Kegiatan akhirnya baru bisa berjalan normal pada pukul 14.30 WITA.
