JAKARTA, EDUNEWS.ID – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan kritik pedas terhadap Bendahara Negara terdahulu dan Bank Indonesia (BI), menuding keduanya menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Tudingan ini muncul lantaran kedua otoritas tersebut dinilai bersekongkol menempatkan dana negara dalam jumlah besar, mencapai sekitar Rp810 triliun, di bank sentral.
Menurut Purbaya, kondisi ini menjadi salah satu penyebab lesunya pertumbuhan ekonomi di paruh pertama tahun ini. “Kita punya dosa yang cukup besar, cuma pengamat-pengamat enggak ada yang tahu. Dosanya bukan di pemerintah saja, bank sentral juga,” ujarnya dalam acara ‘Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan yang Inklusif Menuju 8%’ di Jakarta, Jumat (12/9/2025)
Ia menjelaskan, keringnya finansial di sistem perbankan karena dana besar yang “menganggur” itu membuat laju ekonomi berjalan lambat. Terlebih, Purbaya juga mengkritik BI yang terlalu sering menerbitkan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Menurutnya, hal ini membuat perbankan lebih memilih menyimpan dana dalam instrumen tersebut ketimbang menyalurkan kredit ke sektor riil.
“Jadi angka pertumbuhan yang kecil di akhir bulan, dua bulan lalu, itu karena dua otoritas kita, baik BI maupun Kementerian Keuangan mengeringkan sistem finansial kita,” tegasnya.
Sebagai langkah perbaikan, Purbaya berjanji akan segera mengalihkan uang negara yang tersimpan di BI kepada perbankan. Ia juga menyoroti inefisiensi biaya dari utang yang digunakan untuk mendanai cadangan tersebut. Dengan utang berbunga 7%, pemerintah harus membayar sekitar Rp56 triliun untuk uang yang tidak terpakai.
“Itu efisien apa enggak? Saya enggak tahu. Tapi dari situ saja pemborosan ditambah tadi dengan uang yang di sistem. Jadi kita punya dosa yang cukup besar,” pungkas Purbaya. (**)
