BANDUNG. EDUNEWS.ID — Presiden RI, Prabowo Subianto, hari ini membuka Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 di Institut Teknologi Bandung (ITB), menandai momen bersejarah bagi dunia riset dan teknologi Indonesia.
Acara yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ini menjadi yang pertama kalinya di Indonesia yang berhasil mempertemukan lebih dari 2.000 ilmuwan, akademisi, dan mahasiswa doktoral dari dalam maupun luar negeri.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan dan industri untuk memajukan bangsa.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Brian Yuliarto, dalam laporannya menyebut konvensi ini sebagai inisiatif langsung dari Presiden Prabowo. Tujuannya adalah menyatukan visi para peneliti Indonesia dan merancang strategi riset nasional. Brian menyebut konvensi ini sebagai “kontrak intelektual” yang menandai keseriusan pemerintah dalam menjadikan sains dan teknologi sebagai “senjata perjuangan bangsa”.
Konvensi yang berlangsung hingga Minggu (8/8/2025) ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga platform untuk menyusun peta jalan riset dan inovasi nasional. Lebih dari 400 hasil riset dari berbagai perguruan tinggi akan ditampilkan dan dipertemukan langsung dengan perwakilan industri dan kementerian terkait.
“Kita harus menghasilkan SDM unggul berbasis penguasaan iptek. Ini adalah kesempatan besar bagi kita semua untuk memperkuat fondasi bangsa menuju pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,” ujar Brian.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk para menteri kabinet dan dua peraih Nobel, Prof. Konstantin Novoselov dan Brian Schmidt. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan penuh pemerintah terhadap penguatan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.
