PANGKEP, EDUNEWS.ID – Kahar Eka Haeruddin merupakan sosok Bissu asal Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan.
Kahar pun berkenang membagikan suka dukanya selama menjadi Bissu.
Menurutnya, menjadi Bissu dapat memberikan sejumlah dampak positif terhadap dirinya.
“Saya sangat menikmati menjadi seorang Bissu karena bisa bertemu dengan orang-orang penting, memiliki banyak sahabat, berkeliling di luar Sulawesi, mengikuti acara-acara di berbagai tempat, dan menjalankan ritual di mana saja,” ujar dikutip dari Tribun-Timur.com, Jumat (26/5/2023).
Meski begitu, Kahar dengan sapaan Bissu Eka itu, menyadari bahwa menjadi Bissu bukanlah perkara mudah.
Bissu Eka memaparkan beban sosial yang harus dipikulnya, misalnya bagaimana penerimaan masyarakat terhadap Bissu dan label negatif yang diberikan orang yang tidak memahami kehidupan Bissu.
Menurutnya, sebagian orang cenderung menganggap Bissu sebagai calabai (laki-laki yang berperan sebagai perempuan) biasa, atau disamakan sebagai transgender.
“Kami juga harus bisa beradaptasi dengan masyarakat yang belum sepenuhnya memahami peran dan fungsi kami sebagai Bissu,” tuturnya.
“Inilah sebabnya banyak orang menganggap Bissu sebagai laki-laki malas, melanggar kodrat, dan tidak bersyukur atas karunia yang diberikan,” tambah Eka.
Belum lagi, beberapa orang melihat seorang Bissu dianggap bisa membawa sial selama 40 hari.
Bahkan, ada keyakinan bahwa jika seseorang melihat Bissu dan meninggal sebelum 40 hari berlalu, orang tersebut dianggap mati kafir.
“Ini adalah hal yang sangat menyedihkan bagi kami dalam komunitas Bissu,” ungkapnya.
Namun, Bissu Eka bersyukur lantaran masyarakat di Segeri Pangkep, bisa menerima dan memahami bahwa Bissu adalah manusia normal pada umumnya.
Bedanya adalah Bissu memiliki peran tambahan yakni melaksanakan ritual mappalili (upacara turun sawah) setiap tahun.
Diketahui, Bissu adalah kaum rohaniawan atau pendeta Suku Bugis yang memadukan elemen gender laki-laki dan perempuan.
Dalam tradisi ini, peran Bissu dijalankan oleh pria yang memiliki sifat-sifat feminin.
Mereka mengenakan pakaian dan tata rias feminim, namun tetap mempertahankan atribut maskulin.
Dari informasi yang dihimpun, seseorang yang ditakdirkan menjadi Bissu akan menerima panggilan gaib melalui mimpi.
Setelah menerima panggilan gaib tersebut, orang tersebut harus melapor kepada pemimpin Bissu atau puang matowa untuk menjalani tahbisan atau ritual penobatan.
