EDUNEWS.ID – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, berbagai teori ekonomi terus berkembang untuk mengatasi tantangan besar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia. Salah satu teori yang semakin banyak dibicarakan adalah Modern Monetary Theory (MMT), sebuah aliran pemikiran ekonomi yang menawarkan pandangan baru terkait pengelolaan ekonomi negara, utang publik, dan kebijakan fiskal.
Apa itu MMT?
Modern Monetary Theory (MMT) adalah teori yang mengusulkan bahwa negara dengan mata uang sendiri, seperti AS, Jepang, atau Indonesia, tidak perlu khawatir akan defisit anggaran atau utang publik. Alih-alih bergantung pada pajak atau utang untuk membiayai pengeluaran negara, MMT berargumen bahwa pemerintah bisa mencetak uang sesuai kebutuhan, asalkan pengelolaan inflasi dilakukan dengan hati-hati.
“MMT menantang paradigma tradisional dalam ekonomi yang mengatakan bahwa defisit anggaran harus dikendalikan untuk mencegah inflasi dan krisis ekonomi,” kata Stephanie Kelton, salah satu pendukung utama teori ini.
Dalam bukunya The Deficit Myth: Modern Monetary Theory and the Birth of the People’s Economy, Kelton menjelaskan bahwa negara sebenarnya memiliki kemampuan lebih untuk membiayai pengeluaran tanpa takut terjadi kebangkrutan, karena mereka bisa mencetak uang dengan mengontrol inflasi.
Poin-Poin Utama MMT
1. Pencetakan Uang Tanpa Batas
Negara yang memiliki mata uang sendiri, seperti Amerika Serikat dengan dolar, dapat mencetak uang sebanyak yang dibutuhkan untuk mendanai proyek-proyek publik, termasuk infrastruktur dan kesehatan, tanpa terikat oleh defisit anggaran.
2. Pengelolaan Inflasi
MMT menekankan bahwa pencetakan uang berlebihan dapat memicu inflasi. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung pengelolaan inflasi tetap menjadi perhatian utama, dengan penggunaan pajak dan pengawasan pasar sebagai salah satu instrumen yang penting.
3. Pekerjaan Penuh
Salah satu ide terpenting dari MMT adalah kebijakan untuk mencapai “pekerjaan penuh”, yaitu memanfaatkan pengeluaran negara untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja dalam sektor publik untuk menampung tenaga kerja yang belum terpakai.
4. Utang dan Defisit
Dalam perspektif MMT, utang negara dan defisit anggaran bukanlah masalah utama. Teori ini berpendapat bahwa selama inflasi terkendali dan sumber daya ekonomi lainnya dapat dikelola, defisit bukanlah ancaman bagi stabilitas ekonomi.
Tantangan dan Kontroversi
Meski menjanjikan, MMT tidak luput dari kritik. Banyak ekonom tradisional dan institusi keuangan internasional yang menganggap teori ini berisiko. Mereka berargumen bahwa pencetakan uang secara tidak terkendali dapat menyebabkan inflasi yang merugikan daya beli masyarakat dan menciptakan ketidakstabilan ekonomi global.
Namun, meskipun masih kontroversial, MMT menarik perhatian banyak pihak sebagai alternatif pemikiran yang menawarkan solusi bagi ketimpangan ekonomi dan masalah pengangguran.
Implementasi MMT di Dunia Nyata
Beberapa negara mulai mempertimbangkan ide-ide dari MMT dalam kebijakan ekonomi mereka. Dalam situasi darurat, seperti pandemi COVID-19, banyak negara yang meningkatkan pengeluaran publik untuk membantu pemulihan ekonomi. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini adalah langkah yang sejalan dengan prinsip-prinsip MMT, meski tetap perlu pengawasan ketat terhadap inflasi.
Masa Depan MMT
Saat ini, MMT sedang menjadi topik hangat di kalangan ekonom dan pembuat kebijakan. Meskipun masih ada perdebatan mengenai kelayakannya, buku-buku seperti The Deficit Myth oleh Stephanie Kelton dan Understanding Modern Money oleh L. Randall Wray telah membantu memperkenalkan teori ini ke khalayak luas.
“MMT membuka pemikiran baru bagi para pemimpin dunia dalam menghadapi tantangan ekonomi yang besar, seperti pengangguran massal dan ketidakadilan ekonomi,” ujar Kelton.
Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan kebutuhan untuk solusi kebijakan yang lebih kreatif, MMT semakin banyak dibahas sebagai sebuah pendekatan baru dalam memahami dinamika ekonomi negara.
Penulis: Tim redaksi/cgpt
