EDUNEWS.ID – Di tengah krisis ekonomi dan ketidakpastian finansial yang melanda berbagai negara, banyak orang mulai mencari alternatif solusi untuk mengelola perekonomian.
Salah satu buku yang menyajikan pandangan kontroversial namun menarik adalah The Deficit Myth: Modern Monetary Theory and the Birth of the People’s Economy karya ekonom terkenal, Stephanie Kelton. Buku ini mengusung gagasan Modern Monetary Theory (MMT), yang memberikan perspektif baru tentang anggaran negara, utang publik, dan kebijakan fiskal.
Apa Itu The Deficit Myth?
The Deficit Myth adalah sebuah buku yang menyajikan ideologi dari Modern Monetary Theory (MMT) yang menantang pemikiran tradisional dalam ekonomi, khususnya mengenai defisit anggaran dan pengelolaan utang negara. Kelton, yang dikenal sebagai pendukung utama MMT, dalam bukunya ini berargumen bahwa negara yang memiliki kendali atas mata uangnya, seperti Amerika Serikat, tidak perlu khawatir akan defisit anggaran atau utang publik.
Dalam pandangan MMT, defisit anggaran bukanlah masalah besar, bahkan dapat menjadi alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dengan pencetakan uang yang bijaksana, pemerintah bisa mengatasi masalah pengangguran dan memanfaatkan potensi penuh perekonomian.
Poin Utama dalam Buku “The Deficit Myth”
1. Defisit Bukan Ancaman
Kelton menggugat keyakinan lama yang mengatakan bahwa defisit anggaran dan utang negara harus dijaga agar tetap rendah. Dalam MMT, negara yang memiliki mata uang sendiri, seperti AS dengan dolar, dapat terus mencetak uang sesuai kebutuhan untuk membiayai pengeluaran publik. Pemerintah tidak akan pernah kehabisan uang, karena mereka memiliki kendali penuh atas sistem moneter mereka. Defisit anggaran, dalam pandangan MMT, bukanlah suatu masalah jika dikelola dengan hati-hati.
2. Pajak dan Utang Tidak untuk Pembayaran Pengeluaran Negara
Dalam teori ekonomi konvensional, kita sering diajarkan bahwa pajak dan utang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Namun, menurut MMT, pajak sebenarnya digunakan untuk mengendalikan inflasi dan permintaan dalam ekonomi, bukan untuk membayar pengeluaran negara. Oleh karena itu, negara dapat mencetak uang untuk membiayai pengeluarannya, bukan bergantung pada utang atau pajak untuk itu.
3. Inflasi Sebagai Tantangan Utama
Kelton mengakui bahwa pencetakan uang berlebihan bisa menyebabkan inflasi, yang merupakan masalah utama dalam penerapan MMT. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki kebijakan yang hati-hati dalam mencetak uang agar inflasi tetap terkendali. Pajak dan pengaturan ekonomi menjadi instrumen yang diperlukan untuk mengontrol inflasi dan menjaga kestabilan harga.
4. Pekerjaan Penuh (Full Employment)
Salah satu tujuan utama dari MMT adalah mencapai pekerjaan penuh. Dalam bukunya, Kelton menekankan bahwa negara dapat dan seharusnya menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi setiap individu yang ingin bekerja. Pengeluaran negara yang lebih besar, terutama dalam proyek-proyek publik, bisa digunakan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Membongkar Paradigma Ekonomi Tradisional
Buku ini menantang paradigma ekonomi mainstream yang memperingatkan bahaya defisit dan utang besar. Kelton berpendapat bahwa negara dengan mata uang sendiri bisa mengelola ekonomi dengan lebih fleksibel tanpa takut akan kebangkrutan. Justru yang penting adalah bagaimana kebijakan fiskal yang digunakan bisa mendukung kesejahteraan masyarakat, pengurangan pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Mengapa Buku ini Menarik?
The Deficit Myth menjadi buku penting dalam perdebatan ekonomi modern karena menawarkan pandangan yang berbeda dengan kebijakan fiskal yang biasa diterapkan di banyak negara. Dalam kondisi ekonomi global yang terus berubah, terutama dengan meningkatnya ketidakpastian akibat pandemi atau resesi, banyak negara yang perlu mencari cara untuk memulihkan perekonomian mereka.
Buku ini menggugah banyak pihak, mulai dari para ekonom hingga pembuat kebijakan, untuk memikirkan ulang bagaimana kita mendekati masalah pengangguran, defisit anggaran, dan utang publik. Banyak negara yang selama ini mengandalkan kebijakan pemotongan pengeluaran dan pengurangan defisit anggaran kini mulai membuka diri terhadap alternatif solusi yang ditawarkan oleh MMT.
Kontroversi dan Tantangan MMT
Meski menawarkan solusi baru, MMT tidak luput dari kritik. Banyak ekonom dan lembaga internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), yang khawatir bahwa penerapan MMT bisa mengarah pada inflasi yang tidak terkendali dan ketidakstabilan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa pencetakan uang tanpa batas berisiko menghancurkan daya beli masyarakat dan menciptakan krisis ekonomi global.
Namun, meski kontroversial, MMT semakin banyak menarik perhatian karena relevansinya dengan tantangan-tantangan besar yang dihadapi perekonomian dunia, seperti ketimpangan sosial, pengangguran, dan utang negara.
Meskipun masih diperdebatkan, MMT semakin dilirik sebagai alternatif bagi kebijakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Beberapa negara telah mulai menerapkan kebijakan yang mencerminkan prinsip-prinsip MMT, terutama dalam respon terhadap krisis ekonomi. Misalnya, dalam menghadapi pandemi COVID-19, banyak negara yang melakukan pembelanjaan besar-besaran untuk memulihkan ekonomi tanpa khawatir tentang defisit anggaran yang besar.
Ke depan, MMT bisa menjadi kunci bagi negara-negara untuk membangun ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan, jika kebijakan ini diimplementasikan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.
***
