MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Lembaga Kajian Mahasiswa Islam (LKMI) mengadakan Bincang Buku Pendidikan Kaum Tertindas karya Paulo Freire.
Bincang buku dilaksanakan di Pelataran Phinisi UNM, Rabu lalu.
Salah satu penggagas LKMI, Tasbih Ali hadir sebagai pembicara.
Tasbih menjelaskan, dalam buku tersebut Paulo Freire menekankan pentingnya kesadaran dari kaum tertindas untuk segera bebas dari situasi penindasan. Sebab, jika kaum tertindas berpangku tangan, bahkan mengharap pembebasan datang dari kaum penindas, maka sampai kapanpun kondisi mereka tidak akan berubah.
“Kebebasan itu direbut, bukan sebuah hadiah. Kebebasan harus selalu dikejar. Kebebasan bukanlah suatu hal yang terletak di luar manusia; kebebasan bukanlah mitos. Kebebasan adalah hal yang sangat diperlukan untuk mencapai hidup manusia yang utuh,” kata Tasbih.
Dalam buku itu pula, penulisnya menguraikan Pendidikan gaya bank yang melanggengkan situasi penindasan. Artinya adalah orang-orang yang lahir dari pendidikan seperti ini sangat tidak bisa diharap untuk bisa melakukan pembebasan, sulit untuk membuat kaum tertindas keluar dari ketertindasannya.
“Karaktetristik banking model biasanya menempatkan murid sebagai objek dan guru sebagai subjek; guru mengajar dan murid diajar, guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa, dosen disiplin dan mahasiswa didisplinkan, dan seterusnya,” urai Tasbih.
Tasbih menuturkan, proses seperti ini berlangsung hingga murid mencapai gelar sarjana. Lalu di sinilah situasi mengerikan tersebut, sarjana yang baru lulus sungguh tidak mampu bersaing secara kualitas dalam mencari pekerjaan, bahkan hanya untuk membebaskan dirinya sendiri dari belenggu kemiskinan.
“Ia hanya hanya ikut arus kepada keadaan, tidak ada daya juang dan semangat untuk mengubah kondisi yang ada, kondisi yang membelenggu masyarakat dan dirinya sendiri,” ungkap Tasbih.
