MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Pembentukan Shelter Warga di Kota Makassar terus berlanjut di beberapa kelurahan.
Hari ini, pembahasan shelter dilakukan di Kantor Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Selasa (1/8/2023).
Hadir FKPM, Dewan Lorong, RT RW se Kelurahan Karampuang, Kader PKK dan Posyandu, Babinsa, dan tokoh masyarakat.
Pertemuan dipimpin oleh Kepala Bidang Perlindungan Perempuan (PP) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar, Hapidah Djalante.
Ia menjelaskan bahwa Shelter Warga berfungsi menangani masalah perempuan dan anak di kelurahan, juga pemenuhan hak anak.
“Shelter itu tempatnya di kelurahan. Ini mi yang menjangkau dan menangani kasus kasus ringan di tingkat bawah,” terangnya.
Shelter Warga ini terbangun atas dasar kolaborasi masyarakat yang proaktif terhadap lingkungan sekitarnya.
Hapidah lalu meminta agar Lurah Karampuang bersama stakeholder lainnya segera membentuk kepengurusan shelter.
Setelah terbentuk, akan ada peningkatan kapasitas kepada para pengurus untuk menangani kasus.
“Pilihmi cepat penguru. Nanti akan dilatih bagaimana cara mendampingi orang, bagaimana kalau ada kasus begini begitu, dan bagaimana cara menanganinya,” ujarnya.
Lurah Karampuang, Andi Supriadi, mengaku bersyukur atas adanya program Shelter Warga ini di kelurahan.
Karampuang dinilainya merupakan kelurahan yang padat. Terdapat 45 RT, 9 RW dengan jumlah penduduk kurang lebih 15 ribu dan luas wilayah sekira 1,43 Km2.
Karakteristik warga pun bermacam macam, katanya. Karampuang dihuni oleh orang dengan latar belakang berbeda beda.
“Di sini banyak tinggal anggota dewan, pejabat, birokrat, dosen, profesor, TNI Polri, dan macam macam lagi. Jadi sangat heterogen,” ungkapnya.
Dengan kondisi itu, lanjutnya, persoalan yang dihadapi pun terbilang banyak dan kompleks.
“Bisa dilihat dari aspek pelayanan kami yang sangat padat dari pagi sampai sore, meski dengan SDM yang sangat terbatas,” sambungnya.
Hadirnya Shelter Warga pun dianggap Supriadi mampu mendukung pelaksanaan pelayanan di tingkat kelurahan.
“Dengan kegiatan ini (pembentukan shelter), peran serta bapak ibu adalah menjadi bagian pemerintah untuk mengatasi masalah warga kita. Karena adakalanya masalah warga bisa diselesaikan di tingkat bawah melalui mediasi. Makanya di shelter ini harus orang yang punya kepedulian,” pesannya kepada peserta kegiatan.
Kegiatan pembentukan shelter ini diisi dengan pemberian materi Shelter Warga dan sosialisasi terkait pencegahan kekerasan, khususnya pada perempuan dan anak.
Narasumber yang dihadirkan yakni, Nurlindah (Ketua Shelter Warga Batua), dan dr Andi Widyanita Ayu Pratiwi (Dokter RS Hermina Makassar).
