MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Sidang Promosi Doktor Administrasi Publik, Muhammad Ikramullah Akmal berlangsung meriah dan menggugah.
Bagaimana tidak, Mahasiswa Program Doktoral itu berhasil memaparkan berbagai ketimpangan kebijakan Energi Baru Terbarukan dihadapan audiens dan tim penguji.
Sidang Promosi Doktor tersebut dilaksanakan di Aula Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Rabu, (17/5/2023) pagi ini.
Adapun judul Disertasi yang ditulis Akmal adalah “Governance Network pada Implementasi Kebijakan Energi Baru Terbarukan di Indonesia”.
Muhammad Ikramullah Akmal dalam sambutannya mengatakan, sumber daya energi di Indonesia harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
Akmal menyinggung bahwa saat ini sumber energi Indonesia 90 persen masih berasal dari energi fosil seperti migas dan batubara.
“Tentu ini tidak dapat diperbaharui serta memberikan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pemanasan global,” paparnya dihadapan tim penguji.
Akmal mengatakan, ke depan Indonesia terancam mengalami dua resesi sekaligus.
“Menurut data penelitian, cadangan minyak bumi kita semakin lama semakin menurun, artinya 30 tahun kedepan Indonesia akan mengalami resesi ekonomi maupun resesi energi,” jelasnya.
Berangkat dari masalah tersebut, Akmal melihat kebijakan Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat menjadi solusi.
Adapun hasil disertasi yang ditulis Akmal menunjukkan kebijakan EBT di Indonesia yang melibatkan berbagai jaringan dan aktor, tidak berjalan efektif, dari seluruh dimensi jaringan kebijakan.
Dimensi jaringan kebijakan yang dimaksud adalah kontak, kepercayaan, sharing information, dan pertukaran sumber daya, sehingga pengembangan EBT belum dapat direalisasikan sesuai target pemerintah.
Dari pantauan edunews.id dilokasi, sidang promosi doktor ini dihadiri petinggi Kampus Unhas, Rektor UNM, Petinggi Partai Politik, Anggota DPRD Mamuju Tengah dan Bone, mahasiswa, dan tamu undangan lainnya.
