JAKARTA, EDUNEWS.ID-Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menyatakan pada mudik Lebaran tahun 2022 ini, berpotensi terjadi peningkatan kasus Covid-19 meski capaian vaksinasi saat ini sudah cukup banyak dan jenis virus sudah tidak seganas varian Delta sebelumnya.
“Kasus Covid-19 bisa saja terjadi peningkatan kembali, tetapi yang penting bisa kita kendalikan dan kita turunkan segera. Maka dari itu masyarakat diimbau tetap disiplin protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan selalu,” katanya ketika dihubungi Beritasatu.com, Kamis (7/4/2022).
Sebelumnya, pada dua tahun terakhir fenomena libur panjang (termasuk masa mudik Lebaran) berkontribusi signifikan pada lonjakan kasus, meski sudah ada aturan ketat oleh pemerintah. Maka dari itu, pemerintah meminta yang mudik wajib vaksinasi booster dan antigen atau PCR bagi mereka yang baru dosis satu atau dua agar bisa mengantisipasi peningkatan kasus seperti satu hingga dua tahun terakhir.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes ini juga menjelaskan Indonesia memang berpeluang menuju transisi endemi. Namun untuk aturan prokes pada masa endemi belum selesai dibahas.
“Saat ini masih kita akan susun. Namun ini artinya ke depan mungkin penggunaan masker sudah tidak diberlakukan kembali, termasuk juga jaga jarak. Tetapi beberapa perilaku yang baik seperti cuci tangan pakai sabun, aktivitas fisik, pakai masker kalau kita sakit flu itu tetap akan menjadi gaya hidup,” ucap dia.
Sementara, Kaprodi Sarjana Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini menjelaskan potensi kenaikan kasus Covid-19 usai mudik Lebaran tahun ini bisa terjadi.
“Tentu saja mobilitas mudik akan memberikan pengaruh pada kenaikan kasus jika dicari dalam hal ini dites dan terdata seperti yang ditunjukkan pada tahun lalu. Artinya potensi masih tetap ada. Jadi prokes tetap harus ditegakkan,” ungkap dia.
“Harapan kita semua pandemi ini bisa berubah statusnya menjadi endemi dengan minimum risiko. Artinya tingkat kematian yang rendah sampai status seluruh dunia mengarah ke kondisi yang sama dan kita masih harus tetap menjaga prokes,” tutup Nuning.
sumber : beritasatu
