MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Pemerintah Kota Makassar mendorong perlindungan terhadap anak melalui melalui Program Jagai Anakta’.
Program ini lantas mengupayakan perubahan mindset hingga lingkup organisasi terkecil dalam masyarakat.
Hari ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar kembali mengingatkan para orang tua terkait program tersebut.
Sosialisasi dilakukan di Mesjid Al Mujahiddin, Kel. Sudiang Raya, Kec. Biringkanaya Kota Makassar, dengan mengumpulkan warga, utamanya majelis taklim setempat.
“Ibu ibu, saya minta tolong ke kita semua. Kepo ki’ dengan anak anak di wilayahta‘, perhatikan pergaulannya, kalau ada pulang malam atau bagaimana, nasehati. Biar bukan anak ta,” ujar Kepala Bidang Perlindungan Perempuan DP3A Makassar, Hapidah Djalante.
Selain itu, pemenuhan hak anak mesti diperhatikan oleh semua orang, bukan hanya orang tua kandung.
Warga pun diminta memanfaatkan koordinasi stakeholder terdekat yang ada di kelurahan, termasuk shelter warga.
“Lihat maki kalau ada tetangga ta anaknya tidak sekolah, tidak punya akte, atau tidak mendapatkan hak haknya, laporkan ki‘, bantu teruskan ke RT RW atau lurah dan shelter,” tutur Hapidah.
Program Jagai Anakta’ tidak sebatas pada aktifitas langsung atau tatap muka, tetapi terjun pula ke ranah daring.
Hal ini disampaikan oleh narasumber yang dihadirkan, Rahmat Tumengkol (Ketua Shelter Warga Maccini Sombala Makassar).
Rahmat, mengingatkan agar para orang tua mewaspadai aktifitas anak di ranah daring.
“Ingat bahwa kekerasan itu banyak berawal dari daring. Itu mi mesti diwaspadai,” katanya.
Dirinya melanjutkan, aktifitas daring dan digital rentan menyebabkan OCSEA (Online Child Sexual Exploitation and Abuse).
OCSEA ini memiliki beragam bentuk.
“Bisa grooming, eksploitasi seksual, sexting (chat bernuansa seksual), kekerasan seksual, sektorsi (pemerasan melibatkan objek seksual), atau sexual live streaming,” paparnya.
Rahmat menjelaskan bahwa OCSEA juga dipicu beberapa faktor, seperti faktor anak itu sendiri, faktor masyarakat atau lingkungan, dan faktor keluarga.
Akibatnya pun beragam, mulai dari mental anak yang terganggu, hingga menjalar ke ranah kesehatan fisik ataupun pendidikannya.
“Makanya perhatikan ki‘ anak ta. Mereka itu harus selalu didampingi. Orang tua harus jadi tempat curhat yang bagi anak,” tukasnya.
