JAKARTA, EDUNEWS.ID – Jutaan warga Jalur Gaza Palestina masih harus merayakan Hari Raya Iduladha di tengah agresi Israel yang makin brutal dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Agresi brutal Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan 37.266 warga Palestina dan melukai lebih dari 80 ribu lainnya, Per Jumat (14/6/2024). Anak-anak dan perempuan merupakan sebagian besar korban tewas.
Israel juga masih melancarkan invasi darat ke Rafah di tengah tekanan dunia internasional. Selain itu, Israel kini juga kembali melancarkan berbagai serangan ke wilayah lainnya di Gaza setelah sempat mereda.
Dikutip dari media lokal Palestina, WAFA, pada Jumat (14/6/2024), serangan udara militer Israel menargetkan sebuah rumah di bagian barat Gaza. Serangan tersebut menyebabkan dua wanita dan seorang anak tewas.
Masih di hari yang sama, beberapa rudal Negeri Zionis juga terus menggempur beberapa wilayah di Jalur Gaza, salah satunya adalah Khan Yunis.
Kematian seorang anak karena kurang gizi
Selain menewaskan puluhan ribu nyawa, agresi brutal Israel juga telah membuat puluhan anak-anak di Gaza menderita kekurangan gizi.
Hal ini terjadi karena Israel turut memblokade akses bantuan kemanusiaan dari negara lain, sehingga warga di Gaza semakin sulit memperoleh bahan pangan di tengah agresi.
Menurut laporan lembaga kesehatan, sekitar 50 anak-anak di Gaza Utara mengalami kekurangan gizi dan kelaparan. Seorang anak bernama Mustafa Hijazi bahkan tewas karena kelaparan dan dehidrasi, pada Jumat (14/6/2024).
Tiga warga Palestina ditahan di Tepi Barat
Selain melancarkan agresi ke Jalur Gaza, Israel juga turut menyerang warga Palestina di Tepi Barat.
Tiga warga Palestina ditahan oleh tentara Negeri Zionis di Tepi Barat pada Jumat (14/6) malam.
Melansir Al Jazeera, Israel telah menahan setidaknya 9.185 warga Palestina sejak agresi brutal yang dimulai pada Oktober 2023 lalu.
Belum ada kejelasan soal gencatan senjata
Kondisi yang demikian komunitas internasional terus mendesak Israel dan Hamas untuk segera menerapkan gencatan senjata permanen hingga kini.
Proposal gencatan senjata yang disetujui Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Selasa (11/6/2024) lalu pun belum menemui kesepakatan yang jelas antara Israel-Hamas.
Sejauh ini, Hamas menyatakan bersedia menyepakati proposal gencatan senjata DK PBB usulan Amerika Serikat itu dengan sejumlah syarat.
Pejabar senior Hamas Osama Hamdan mengajukan sejumlah poin tuntutan tambahan dalam proposal tersebut, salah satunya jaminan bagi kelompok perlawanan bisa melanjutkan operasinya di berbagai wilayah.
Sementara itu, Israel belum juga bersuara terkait tanggapannya atas proposal Amerika Serikat tersebut.
Dengan demikian penderitaan akibat serangan-serangan brutal militer Israel masih menjadi kekhawatiran bagi warga Palestina.
