Oleh : Ahmad Sahide*
SPEKTRUM, EDUNEWS.ID – Perang Israel-Iran yang telah berlangsung sejak 13 Juni 2025 dan meluluhlantakkan bangunan-bangunan bagi kedua negara telah berakhir pada Selasa, 24 Juni 2025. Dimulai dengan adanya pengumuman dari Donald Trump bahwa kedua negara telah sepakat untuk mengakhiri perang atau gencatan senjata (Kompas, 25/06/2025). Tentu saja dunia internasional gembira menyambut pernyataan yang dilemparkan oleh Trump tersebut. Akan tetapi pada sisi yang lain kita kaget dengan pernyataan tersebut. Pasalnya Amerika baru saja mengebom fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Keterlibatan Amerika secara langsung ini, dengan menjatuhkan bom, memicu kekhawatiran dunia internasional bahwa eskalasi perang akan makin meluas dan tidak terkendali. Perang Dunia ketiga di depan mata.
Iran rupanya tidak gentar dengan keterlibatan Amerika tersebut. Iran membalasnya dengan mengirim rudal lebih banyak kepada Israel dan juga menargetkan pangkalan militer Amerika di kawasan, salah satunya di Qatar. Menteri luar negeri Iran juga segera terbang ke Moskow bertemu dengan Presiden Rusia, Valdimir Putin. Kita tahu bahwa Rusia, bersama dengan China, sudah lama menjadi aliansi politik dekat Iran. Rusia dan China adalah dua negara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang selalu memveto sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika terhadap Iran. Dan Rusia, bersama China, adalah negara yang mempunyai obsesi politik untuk menggeser supremasi politik global Amerika Serikat di kancah politik dunia. Rusia, sejak 2022, telah berperang ‘melawan’ Amerika dalam isu perang Rusia-Ukraina. China sudah makin dominan di kawasann Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Dalam perang Rusia-Ukraina, Iran termasuk salah satu negara yang banyak membantu Rusia. Iran dan Rusia adalah dua negara yang bahu-membahu memberikan dukungan politik, juga berhadapan dengan Amerika, bagi Rezim Bashar Al-Assad di Suriah sejak Arab Spring 2011 sampai Desember 2024.
Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini bukan tidak mungkin Rusia (dan nantinya menarik China) ikut terlibat dalam perang Israel-Iran tersebut. Kunjungan mendadak Menteri Luar Negeri Iran ke Moskow adalah sinyal bahwa Iran datang untuk ‘menagih’ bantuan Rusia dalam menghadapi Israel yang didukung Amerika Serikat. Ketika Amerika, Rusia, dan China terlibat dalam perang ini, maka Perang Dunia ketiga pun tidak bisa dihindarkan. Dari segi militer, Amerika adalah negara dengan kekuatan militer nomor satu di dunia, diikuti Rusia, dan China. Sementara Israel pada peringkat 15 dan Iran pada peringkat 16 (GFP, 2025). Untuk kepemilikian nuklir, Rusia mempunyai 6850, Amerika 6450, China 280, Israel 80 (Saputra, 2019). Sementara Iran tidak mempunyai dan ‘dilarang’ untuk mengembangkan senjata nuklir. Perang Israel-Iran karena isu nuklir. Di sini kita melihat bahwa dari segi kekuatan militer, proksi politik ini akan sangat berimbang (balancae of power).
Sementara untuk kekuatan ekonomi, Amerika yang pertama dengan penguasaan perekonomian global kurang lebih 26%, diikuti China dengan 16%. Tetapi diprediksi bahwa China dalam waktu satu dekade ke depan akan menggeser posisi Amerika sebagai negara dengan kekuatan ekonomi nomor satu di dunia karena ekonomi Amerika sedang tidak baik-baik saja. Utang luar negeri Amerika saat ini sebesar 25,798.1 USD. Utang yang terus bertambah ini, yang membuat ekonomi dan dominasi global AS makin melemah, karena perang di Irak (2003), Afghanistan, keterlibatan di Suriah, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jika Amerika, Rusia, China terlibat dalam perang ini, maka bukan tidak mungkin perang akan berlangsung sangat lama karena stamina kedua kubu sama kuat. Ini akan mempercepat keruntuhan ekonomi Amerika, lebih cepat dari prediksi para ilmuwan. Keterlibatan dalam perang Israel-Iran bukannya membuat Amerika great again, sebagaimana janji kampanyenya. Sebaliknya, semakin mempercepat keruntuhan supremasi politik global Amerika yang memang sudah lama diganggu oleh China dan Rusia. Maka dari itu, satu hari setelah pasukan Amerika menjatuhkan bom di wilayah pengembangan nuklir Iran, Trump langsung memberikan pernyataan bahwa gencatan senjata telah dicapai. Perang segera berakhir.
Runtuhnya supremasi global Amerika
Sebelum gencatan senjata terjadi, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa perang akan berakhir ketika pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, terbunuh. Dan beberapa hari sebelum AS menjatuhkan bom, Trump mengirim pesan kepada pemimpin tertinggi Iran agar segera menyerah tanpa syarat. Pesan dari Trump ini menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika adalah negara superpoweryang mana kehendaknya harus selalu dipatuhi. Walakin, Irannya bukannya ‘ciut’ dengan keterlibatan AS dalam perang ini. Iran justru makin agresif menyerang Israel dan mendeklarasikan perang dengan Amerika. Menteri Luar Negeri Iran segera terbang ke Moskow. Sinyal bahwa Rusia akan segera terlibat dalam perang ini. Akan tetapi Trump segera memberikan pernyataan bahwa gencatan senjata telah disepakati oleh kedua belah pihak. Padahal negosiasi dari kedua belah pihak belum berlangsung untuk mengakhiri perang.
Oleh karena itu, gencatan senjata yang disampaikan Trump nampaknya sepihak dan dipaksakan. Trump sepertinya khawatir akan keterlibatan Rusia dalam perang ini. Bagi Trump dan Netanyahu, sebelum Rusia dan China terlibat, perang harus segera diakhiri. Bukannya Iran yang menyerah tanpa syarat, tetapi Trump dan Netanyahulah yang ‘menyerah’ tanpa syarat, yaitu terbununya Ali Khamenei atau rezim bergnti. Maka dari itu, gencatan senjata ini mengirim pesan dan makna penting kepada dunia internasional bahwa supremasi politik global Amerika akan segera berakhir.
Ini sebenarnya sudah ditulis oleh Noam Chomsky dalam bukunya yang berjudul Who Rules the World. Dalam bukunya tersebut, Chomsky mengatakan bahwa Amerika Serikat “sedang dalam kemerosotan, terancam akan mengalami kehancuran mematikan.” Lebih lanjut Chomsky menambahkan bahwa kekuasaan Amerika terus mengalami kemerosotan sejak awal puncak pasca-Perang Dunia II. Tesis dari Chomsky ini diperkuat dengan terbitnya buku yang berjudul The End of American World Order yang ditulis oleh Amitav Acharya, terbit tahun 2014 silam. Gencatan senjata membawa pesan bahwa dominasi Amerika telah berakhir. Memperkuat tesis dari Chomsky dan Acharya!
Yogyakarta, 29 Juni 2025
*Ahmad Sahide, Dosen Hubungan Internasional Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
