Ahmad Sahide

Kaesang dan Kongres ‘Akal-akalan” PSI

Oleh  : Ahmad Sahide*

SPEKTRUM, EDUNEWS.ID – ​Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada 19-20 Juli tahun ini (2025) menyelenggarakanPemilihan Raya untuk memilih ketua umumnya pada periode 2025-2029. Pada kongres yang berlangsung di kota Surakarta itu, PSI juga melakukan rebranding, merubah logo dari mawarmerah ke gadjah. Kaesang Pangarep, putra bungsu Joko Widodo (mantan presiden), kembalibertarung untuk mempertahankan posisinya sebagai ketua umum partai. Kaesang bertarungdengan dua kandidat lainnya, yaitu Ronald Aristone Sinaga dan Agus Mulyono Herlambang(Kompas.id., 20/07/2025).

​Bagi pemerhati politik, jelas akan melihat bahwa kongres ini hanyalah akal-akalan dariPSI dalam merebut simpati publik untuk membangun citra sebagai partai yang demokratis. Para punggawa PSI lupa bahwa ingatan publik pada September 2023 belumlah terhapus dari memori. Terlebih hampir semua media nasional merekam dan mengabadikan peristiwa itu. Maka tidaklahsulit untuk menemukan rekam jejak digitalnya bahwa pada September 2023 tersebut PSI menunjuk langsung Kaesang sebagai Ketua Umum partai. Padahal, Kaesang baru mendapatkankartu anggota dua hari sebelumnya. Jelas di sana tidak ada proses kaderisasi. Yang ada adalahpragmatisme politik bagi PSI meski pada awalnya berusaha membangun citra sebagai partaiyang modernis. Jalan Kaesang untuk menjadi ketua menggantikan Giring Ganesha tanpamekanisme pemilihan jelas bukanlah mekanisme tata kelola yang modernis dan demokratis.

​Penunjukan Kaesang tentu tidak terlepas dengan statusnya sebagai anak presiden pada saat itu. Harapannya tentu adalah PSI mendapatkan ‘berkah struktural’ sehingga bisa lolos keSenayan pada 2024 lalu. Mengingat PSI pada pemilihan legislatif 2019 hanya mendapatkan1,89% suara (2.650.361 pemilih). Kaesang pun mempunyai optimisme bahwa PSI bisa lolos keSenayan pada 2024 lalu dengan mengatakan “Kita akan ada di DPR RI di 2024” (Tempo.co, 31/12/2023). PSI berharap bahwa ada Jokowi efek sehingga bisa masuk ke Senayan. Di beberapabaliho yang terpasang di pinggir jalan menjelang pemilihan legislatif 2024 kemudian bertuliskan“PSI Partai Jokowi.” Walakin, hasil pemilihan legislatif 2024 jauh dari harapan petinggi PSI. Partai ini memang mendapatkan suara yang lebih baik dari 2019, tetapi tetap saja gagal masuk keSenayan. Partai ini hanya mendapatkan 2,81% suara atau 4.260.169 suara (Kompas.id., 21/03/2024).

Kongres PSI

​Kongres partai yang didirikan oleh Jeffrie Geovanie ini kemudian banyak mendapatkansorotan media pada bulan Juli tahun ini. Kongres ini nampaknya masih belum bisa terlepas daribayang-bayang Jokowi. Beberapa bulan sebelum kongres di Solo, nama Jokowi sempat disebut-sebut sebagai calon ketua umumnya. Jokowi pada akhirnya tidak jadi maju untuk menjadi ketua, tetpi Kaesang tetap maju sebagai calon ketua.

​Sebagai pemerhati politik, kongres PSI yang diselenggarakan pada tahun inimenghadirkan beberapa catatan kritis dari keanehan partai tersebut. Pertama, untuk apa PSI menyelenggarakan kongres? Masa jabatan Kaesang belum cukup dua tahun (dari September 2023-Juli 2025). Dari sini terlihat bahwa tidak ada mekanisme organisasi defenitif yang mengatur tata kelola partai tersebut. Jika PSI hendak menjadi partai anak muda yang modernis, seharusnya ada aturan main (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) yang mengaturmekanisme kepemimpinan di internal partai. Para pengelola bermain sesuai dengan aturan main yang ada, bukan mempermaikan aturan sesuai dengan kehendak para petinggi partai. KongresPSI tahun ini jelas mencermain hal tersebut, yaitu feodalisme.

​Kedua, pada akhirnya Kaesang kembali terpilih dengan perolehan suara yang meyakinkan. Kaesang memperoleh suara melalui e-voting sebesar 65,28%, sementara kandidatlainnya, Ronald Aristone Sinaga mendapatkan 22,23 persen suara dan Agus Mulyonomemperoleh 12,49 persen suara (Kompas.id., 19/07/2025). Sebagai orang yang melihat dinamikapartai ini dari luar, muncul pertanyaan. Mengapa baru sekarang ada pemilihan ketua umumpartai? Mengapa proses naiknya Kaesang sebagai ketua pada 2023 lalu tidak melalui mekanismepemilihan, tetapi penunjukan? Mengapa tidak langsung ditunjuk kembali sebagai ketua partai?

​Dari sinilah terlihat bahwa kongres PSI yang berlangsung di Solo dan kembali memberimandat kepada Kaesang untuk periode 2025-2030 hanyalah akal-akalan belaka dari partai iniuntuk membangun citra bahwa partai ini dikelola secara modernis dan demokratis. Tetapi bagikita yang mengikuti dinamikanya sejak awal akan memahami bahwa itu semua hanyalahpencitraan belaka. Pada akhirnya citra yang hendak dibangun oleh PSI terjebak dengan‘permainannya’ sendiri. PSI tidak bisa menghapus rekam jejak dikital akanketidakkonsistenannya sebagai partai politik. Inilah citra dari PSI yang sulit untuk dibrandingulang (rebranding)!

 

Ahmad Sahide. Dosen Hubungan Internasional Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top