Komunitas

LSKP Gelar Woman Talk Edisi 10, Bahas Perempuan dan Kemerdekaan Bangsa

 MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Lembaga study kebijakan publik (LSKP) didukung oleh Women’s Democracy Network dan International Republican Institute dan kerjasama dengan Kaukus Perempuan Sulawesi Selatan serta Kaukus Perempuan Politik Sulawesi Selatan melaksanakan Woman Talk Edisi 10.

Kegiatan Woman Talk adalah diskusi online melalui zoom meeting dan live streaming YouTube Tribun Timur.

Women Talk Edisi 10 yang mengangkat tema Perempuan dan Kemerdekaan Bangsa. Diskusi inspiratif ini dimulai pada pukul 16.00 WITA dipandu oleh Alfiana sebagai host dan menghadirkan dua narasumber inspiratif yakni: Hasnawati Saleh, P.hD. selaku Coordinator Riset PAIR, Australia-Indonesia Centre yang akrab disapa Nana dan Lili Yulianti Farid, MA, P.hD selaku Founder/Director Makassar International Writers Festival.

Sesuai jadwal, Women Talk 10 dibuka oleh host dengan membaca tema dan profil dari kedua narasumber. Dilanjutkan dengan gambaran perempuan dan kemerdekaan bangsa.

Nana selaku narasumber membuka pandangan peserta terkait slogan 76 tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu Indonesia Tangguh Indonesia tumbuh.

“Indonesia tumbuh, Indonesia Tangguh, yang kedua ini sangat perlu terutama di masa pandemi saat ini, tanpa ketangguhan kita tidak bisa survive dan untuk menjadi bangsa  tangguh kita memerlukan ilmu pengetahuan, untuk menjadi bangsa yang maju juga kita tidak bisa meminggirkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan itu sangat berperan dalam membangun sumber daya yang ada, hal itu yang diperlukan bangsa Indonesia.”, ujar Nana selaku narasumber reprentasi ilmuwan.

Nana menambahkan pandangannya terkait dengan kondisi Indonesia saat ini, Nana menjelaskan bahwa Indonesia telah mencapai banyak hal, salah satunya dalam bidang sains yaitu kedokteran, pada awal abad 20 perempuan pertama yang menjadi dokter di Indonesia adalah Marie Thomas dan menjadi dokter pertama ahli kandungan di Indonesia, telah banyak yang dicapai Indonesia, namun masih banyak juga hal yang perlu diperbaiki, terkait masa pandemi ini pemerintah Indonesia perlu menciptakan situasi yang lebih kondusif lagi mengingat bahwa Indonesia memiliki banyak ilmuwan yang kompeten.

Baca Juga :   Gerakan TurunTangan Bagikan Takjil di Sekitar Kafe Sosial Pedjuang

 

Lili juga memberikan pandangan terkait Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh dari sudut pandang jurnalistik dan sastra.

“Masyarakat Indonesia selalu terjebak pada slogan, setiap kali ada pergantian pada pemerintahan, yang pertama kali diperkenalkan adalah slogan tanpa ada pengenalan gambaran terkait konsep kepada masyarakat, dalam kondisi pandemi saat ini komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengkomunikasikan segala aspek kedaruratan, ada problem yang sangat mendasar dalam komunikasi publik pemerintah saat ini, komunikasi publik selalu diukur dari keberhasilan kesamaan makna melihat pandemi saat ini.”, ungkap Lili

Nana dan Lili secara tegas setuju bahwa pemerintah harus memiliki kesadaran dalam menangani pandemi saat ini.

“Sejarah selalu ditulis oleh pemenang, sejarah juga memihak pada kaum elit, makanya  tidak ada terkait sejarah orang biasa, yang penting dilakukan juga adalah strategi yang berfokus pada hal-hal yang esensial, bukan hanya untuk perempuan tapi setiap lembaga yang ada, kita jarang sekali bisa mengukur hal yang tidak ada dampaknya, contohnya saat ini teriak-teriak agar pandemi cepat berakhir tapi kegiatan-kegiatan serba luring”, ungkap Lili.

Lili menambahkan bahwa masyarakat Indonesia selama 76 tahun cepat merasa bangga, haru dan kagum akan suatu pencapaian, namun tidak melihat dari segi sistem dan ekosistem yang ada.

Nana juga menyambung pendapat Lili bahwa: “Pandemi ini berwajah perempuan, dibanding dengan laki-laki perempuan lebih banyak kena imbasnya disaat pandemi, ekspektasi masyarakat bahwa perempuan adalah pengasuh keluarga, ini yang menjadi beban tersendiri dalam pandemi, yang harus mengurus keluarga sambil berkerja,nah ini adalah salah satu penjelasan mengapa banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga karena ekspektasi-ekspektasi seperti ini yang menjadi akar permasalahan yang perlu dipahami ”.

Baca Juga :   Gerakan TurunTangan Bagikan Takjil di Sekitar Kafe Sosial Pedjuang

Lili dan Nana juga menjelaskan terkait Gesi (gender equality and social inclusion) dimana gender selalu dihubungkan bersama dengan inklusi sosial, yang secara sadar dalam setiap tindakan dan kebijakan perlu mamasukkan unsur perempuan dan memperhatikan unsur gender dan juga masalah-masalah sosial. Nana juga mengatakan bahwa dalam setiap kegiatan harus memiliki unsur gesi didalamnya.

Nana mengungkapkan bahwa dalam Akademi Ilmuwan Muda cukup representative secara gender, ditengah masyarakat yang konservatif dan patriarkal Nana mengaku bahwa profesinya sebagai ilmuwan memiliki banyak tantangan dan jika tanpa dukungan dari keluarga perempuan akan susah bertahan, Nana juga menegaskan perempuan perlu diapresiasi karena dapat bertahan dalam bidang sains.

Nana mengatakan peran ilmu pengetahuan adalah dasar untuk menjadi bangsa yang maju, namun Nana menyayangkan bahwa belum ada terkait strategi arahan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Women Talk Edisi 10 berlangsung dengan sangat apik dan terbuka. Diskusi online ini membuka ruang yang interaktif bagi Sahabat Publik (audience) yang ingin menyampaikan pertanyaan dan ruang tanggapan bagi narasumber. Women Talk Edisi 10 ditutup dengan closing statement dari kedua narasumber.

Nana mengutip perkataan Pramoedya bahwa: “Kodrat umat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan semua pribadi dan bangsa-bangsa akan tumbang tanpa itu melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan”. Lili dalam closing statement nya mengajak sahabat publik untuk membayangkan menjadi belalang yang memiliki antena dalam mencari teman seperjuangan, beraliansi dan bersinergi dalam bidang masing-masing.

Women Talk edisi 10 merupakan Women Talk edisi terakhir yang ditutup oleh Andi Yudha Yunus selaku Direktur Lembaga Studi Kebijakan Publik.

Baca Juga :   Gerakan TurunTangan Bagikan Takjil di Sekitar Kafe Sosial Pedjuang

“Hari ini kita sama-sama merayakan 17 Agustus hari ulang tahun Indonesia, sesungguhnya banyak hal yang harus dimerdekakan, tapi dengan forum ini kita menandakan semangat itu masih ada, paling tidak bagaimana membangun sinergitas dan kolaborasi sehingga cita-cita bersama dapat terwujud, terimakasih kepada kedua narasumber  telah menjadi inspirasi sahabat publik,, kegiatan ini berkerja sama dengan International Republic Institut dan Women Democracy Network dan untuk lokal Kaukus Perempuan Parlemen dan Kaukus Perempuan Politik.”

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com