MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Komisi Pendidikan dan Kebudayaan PB HMI pada selasa 24 agustus 2021 menggelar webinar bertajuk “Apa Kabar Pendidikan Karakter di Era Pandemi ?” secara virtual. Webinar ini dihadiri oleh beragam peserta, yang didominasi oleh mahasiswa, wali murid dan praktisi pendidikan, diantaranya dosen, guru, kepala sekolah, pegiat komunitas pendidikan dll.
“Tujuan diselenggarakannya webinar ini adalah sebagai bentuk ikhtiar untuk menjawab tantangan dan problem pembelajaran di era pandemik, terutama adanya kekhawatiran tidak tersentuhnya aspek afektif dalam pembelajaran virtual,” kata Ketum PB HMI, Affandi Ismail, dalam sambutannya (24/08/2021).
Di awal webinar pembicara kunci yakni Munif Chatib menjelaskan bahwa sebetulnya E-Learning yang kita alami saat ini bukan hal baru untuk pendidikan eropa atau di negara-negara maju. Memang di Indonesia dianggap hal baru, karena haru belakangan ini booming setelah adanya pandemi covid-19.
Dalam webinar, Munif Chatib menguraikan, bahwa problem mendasar anak-anak kita (siswa) saat ini sebetulnya adalah masalah yang sifatnya non akademik, seperti adiktif gadget, adiktif pornografi, abuse, anti sosial dan masalah keluarga. Riset Munif bahkan menemukan bahwa masalah non akademik ini berada di angka 80%. Sementara masalah yang sifatnya akademik hanya 20% saja. Kata Munif problem ini menjadi kian kompleks terutama ketika pembelajaran sepenuhnya dionlinekan.
Karena itu Munif mengusulkan suatu ilustrasi pohon untuk menjelaskan apa yang harus disiapkan bagi anak-anak kita dalam menghadapi era digital. Pertama akarnya harus kuat yakni agama dan akhlak, kedua, batangnya harus kokoh yaitu multiple intelligences, ketiga dahan dan rantingnya harus sehat yaitu kompetensi abad 21 dan literasi digital, keempat daunnya harus rimbun yaitu vision dengan begitu akan menghasilkan buah yang bermanfat.
Munif menilai, bahwa era digital saat ini mengakibatkan terjadinya distruption, dimana perubahan sangat cepat terjadi, adanya ketidakpastian, membingungkan, dll. karena itu perlu ada penguatan pada akhlak, multiple intelligences, kompetensi, literasi dan visi, tutur pengembang Multiple intelligences research dan Direktur Sekolah Model SCHOOL OF HUMAN Cibubur.
“Dan itu harus dilakukan sejak dini, karena pada usia dinilah attitude mudah terbentuk, kemudian di usia remaja menuju dewasa dilanjutkan dengan penguatan skill dan knowladge”, imbuhnya.
Munif menambahkan bahwa karakter atau akhlak sebetulnya tetap dapat dibentuk sekalipun dalam pembelajaran jarak jauh atau daring. Misalnya melalui stimulus dan pendekatan film, atau seringakali disebut _movie learning_. Film dianggap sebagai stimulus yang paling mudah digunakan sebab tersedia banyak di internet, selain itu film juga telah teruji cukup efektif dalam pembelajaran online untuk melakukan transfer nilai, attitude, karakter, moral, atau akhlak. Tentu saja dengan tetap mengikuti tahapan-tahapan seperti feeling, knowladge dan program habit. Praktek ini menurut Munif dianggap relevan, kontekstual dan mudah untuk kondisi saat ini.
M. Yunasri Ridhoh, moderator webinar, menyampaikan program ini hadir sebagai bentuk komitmen dan kontribusi PB HMI dalam menjawab tantangan zaman, serta untuk menjadi bagian dalam usaha panjang mengembalikan karakter sebagai poros pendidikan.
Fahrul Rizal, Ketua Komisi Dikbud menegaskan bahwa ke depan komisi kami akan terus mengadakan webinar semacam ini secara rutin, sebagaimana yang telah kami lakukan selama ini, dengan mempertemukan para pengambil kebijakan, pelaku pendidikan, pakar di bidang pendidikan dan para wali murid.
