YOGYAKARTA, EDUNEWS.ID — Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti wacana penerapan green election atau pemilihan umum (pemilu) hijau di Indonesia.
Dilansir dari laman ugm.ac.id konsep Green Election atau Pemilihan Umum (Pemilu) Hijau merupakan Pemilu yang lebih memperhatikan atau peduli terhadap lingkungan selama proses pelaksanaannya.
Penelitian sosial bertema politik lingkungan tersebut diinisiasi oleh Lutviana Herawati, mahasiswi program studi Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM.
Lutviana menjelaskan penelitian green election ini melibatkan berbagai pihak diantaranya instansi pemerintahan, praktisi, dan lembaga swadaya masyarakat. Termasuk masyarakat perkotaan sebagai subyek utama penelitian.
“Riset green election ini kami lakukan untuk melihat sebenarnya bagaimana pengaruh wacana terhadap perilaku memilih masyarakat perkotaan,” ungkap Lutviana, dilansir dari laman ugm.ac.id pada Jum’at (21/6/2024).
Menurutnya, Proses Pemilu 2024 yang telah berlangsung beberapa waktu lalu, menjadi salah satu latar belakang riset, terutama pada masifnya pemberitaan berkaitan dengan alat peraga kampanye (APK) seperti baliho dan poster pasangan calon yang dipajang di sembarangan tempat.
Pemasangan baliho dan poster tersebut, menurut Lutviana, sangat mengurangi keindahan kota, bahkan pemasangan yang tidak beraturan telah mencederai masyarakat dan menimbulkan sampah yang merugikan lingkungan.
“Kami merasa proses kampanye pemilu kemarin belum cukup baik lantaran masih saja membahayakan masyarakat dan justru mencemari lingkungan,” katanya.
Karenanya, tim peneliti mahasiswa UGM menawarkan topik green election sebagai topik baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Tim mahasiswa UGM inipun telah melakukan riset terkait hal itu sejak April 2024 hingga saat ini.
Lutviana dalam penelitiannya dibantu sejumlah peneliti yang juga berasal dari Fisipol UGM, yaitu Farida Ratnawati, Difta Mardi, Krisnanda Kogoya, dan Dian Arsyka, mahasiswi dari Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM.
Difa, anggota tim peneliti menambahkan riset yang berfokus bagaimana sebuah wacana memengaruhi perilaku memilih masyarakat perkotaan. Hal ini telah mereka lakukan di dua kota, yakni Yogyakarta dan Jakarta.
“Termasuk di dalamnya pengambilan data secara survei maupun In-Depth Interview dengan pihak terkait,” ungkap Difa.
Dari sebuah wawancara dengan anggota KPU DIY Sri Surani, kata Difa, ditegaskan bahwa implementasi praktik ramah lingkungan, antara lain, diwujudkan melalui digitalisasi.
Ia berharap penelitian itu akan terus berlanjut dan mencoba mengikutsertakannya pada Kompetisi Riset Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Riset Sosial Humaniora yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
“Dengan adanya riset tersebut dapat menambah pengetahuan khalayak luas mengenai isu lingkungan yang ternyata dapat berkorelasi dengan beragam aspek, termasuk politik,” ujar dia.
Sebelumnya, terkait wacana pemilu hijau, Komisioner KPU RI Idham Holik, menekankan kampanye hijau pada Pilkada Serentak 2024. Menurut Idham kampanye hijau ditekankan lantaran kondisi pemanasan global memprihatinkan.
“Kampanye hijau dalam pilkada merupakan kebutuhan bersama, saya pikir ini aktualisasi dari prinsip ajaran etika dan semua agama mengajarkan tidak boleh memaku pohon karena bukan tempat untuk dipaku, sudah saatnya kita tunjukkan kampanye dalam pilkada ini jauh lebih beradab dan menjaga keindahan lingkungan,” ungkap Idham, dilansir dari antaranews dalam peluncuran tahapan Pilkada Serentak 2024 untuk Provinsi Bali, di Denpasar pada Minggu, (5/5/2024).
