“Kekuatan bersenjata kami kini lebih siap dibandingkan sebelumnya. Jika ada agresi ulang dari rezim Zionis, maka mereka akan menghadapi respons yang menghancurkan dan mematikan,” tegas Juru Bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, seperti dikutip kantor berita Mehr pada Rabu (2/7/2025).
Shekarchi dengan lugas menyatakan sikap keras Teheran terhadap Israel, menyebutnya “tidak pernah bisa dipercaya, baik oleh dunia maupun oleh Iran.” Ia juga menambahkan bahwa Republik Islam Iran “tidak pernah menganggap penghentian konflik sebagai pilihan.”
Peringatan ini menyusul serangkaian serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada pertengahan Juni, yang kemudian diikuti serangan tambahan dari militer Amerika Serikat. Meski konflik diakhiri oleh gencatan senjata yang dimediasi AS dan Qatar, belum ada tanda-tanda perjanjian jangka panjang akan tercapai.
Klaim Trump dan Misteri Uranium Iran
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengklaim serangan AS telah “menghancurkan total” fasilitas nuklir Iran. “Mereka tidak mengira itu benar-benar bisa dilakukan, tapi yang kami lakukan luar biasa… Israel memang memberikan kerusakan, tapi kami yang memberikan pukulan akhir,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Namun, di tengah klaim kemenangan AS, status persediaan uranium Iran yang diperkaya tinggi hingga kini masih menjadi misteri. Iran bersikeras program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, meskipun telah mempercepat produksi uranium tingkat tinggi yang mendekati kualitas senjata.
Iran Tutup Pintu Pengawasan Internasional
Situasi semakin memanas dengan keputusan Iran untuk menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir PBB. Ali Shamkhani, tokoh senior keamanan nasional Iran, menegaskan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir tidak akan serta merta mengakhiri kekuatan Iran.
“Bahkan jika kita berasumsi bahwa fasilitas tersebut sepenuhnya hancur, permainannya belum selesai. Bahan yang telah diperkaya, pengetahuan lokal, dan tekad politik tetap ada,” ujar Shamkhani kepada kantor berita IRNA. “Kini inisiatif politik dan operasional – dengan hak pembelaan sah – berada di tangan pihak yang tahu cara bermain cerdas dan menghindari tembakan serampangan. Akan ada lebih banyak kejutan,” tambahnya, meningkatkan ketegangan di kawasan.
Konflik antara Israel, Iran, dan sekutunya telah mewarnai Timur Tengah sejak awal tahun, menciptakan ketidakpastian diplomatik. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bahkan terang-terangan menyebut Presiden Trump sebagai “musuh Tuhan,” memperkuat indikasi bahwa Teheran tidak akan membuka dialog selama Trump masih menjabat.
