MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Plt Rektor UMI Makassar Sufirman Rahman buka suara terkait informasi dikudetanya Basri Modding sebagai Rektor UMI.
Sufirman menegaskan tidak ada pengkudetaan sebagaimana yang dikatakan Basri Modding kepada media.
Foto/tribuntimur
“Saya tidak mengerti maksud kudeta. Namun Rektor itu diangkat yayasan sesuai aturan (anggaran dasar), begitu pula sebaliknya, yayasan berwenang memberhentikan Rektor,” kata Sufirman kepada edunews.id, Selasa (10/10/2023) malam ini.
Dia mengatakan, pemberhentian Basri Modding telah sesuai dengan mekanisme aturan yang ada.
“Setelah (Basri diberhentikan), jabatan tidak bisa kosong, sehingga yayasan menunjuk saya,” tegasnya.
Selain itu, Sufirman menyayangkan sikap Basri Modding yang diduga mempertahankan kekuasaannya dengan melibatkan preman.
“Justru dia mempertahankan kekuasaannya dengan cara premanisme, dia sewa preman, dia menguasai objek vital dengan membayar preman,” ujar Sufirman.
Olehnya itu, dia sekali lagi menegaskan bahwa pemberhentian Basri Modding sebagai Rektor UMI bukanlah upaya kudeta.
“Sehingga tidak bisa dikatakan kudeta,” tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, mantan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Basri Modding menyebut dirinya dikudeta.
“Benar, rektor UMI dikudeta,” kata Basri Modding dikutip dari detikSulsel, Selasa (10/10/2023).
Informasi kudeta itu diiringi dengan kabar Yayasan Wakaf UMI menunjuk Sufirman Rahman sebagai Plt Rektor UMI pengganti Basri Modding.
Sebelumnya, Sufirman sendiri menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UMI.
