Ahmad Sahide

Wisuda dan Pesan Solidaritas untuk Palestina

Wisuda UMY

Ahmad Sahide*

SPEKTRUM, EDUNEWS.ID – Prosesi wisuda untuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) periode keempat pada 5-6 Juni 2024 terasa berbeda. Kebetulan saya mengikuti prosesi ini pada hari kedua, Kamis 6 Juni 2024. Hal yang berbeda adalah seremoni ini bukan ajang semata untuk meluluskan mahasiswa UMY, baik itu pada Strata Satu, Vokasi, Strata Dua, bahkan pada level doktor (Strata Tiga), yang telah berhasil menuntaskan tugas-tugas akademiknya. Prosesi kali ini juga menjadi ajang untuk menyampaikan dukungan moril dan suara kemanusiaan bagi warga Palestina di Gaza yang telah dimbombardir oleh Israel sejak 7 Oktober 2023 silam.

Pada prosesi wisuda kali ini, seluruh peserta wisudawan dan wisudawati diberi bendera Palestina sebelum memasuki ruangan acara, Sportorium UMY. Para pimpinan universitas (rektor, dekan, dan ketua program studi) juga diberi bendera dan syal dengan logo bendera Palestina. Setelah seluruh wisudawan dan wisudawati selesai mengikuti prosesi wisuda, lagu Michael Heart, musisi asal Amerika, dengan judul We Will Not Go Down dinyanyikan oleh Tri Suaka feat dengan Nabila (mahasiswi yang ikut diwisuda) sambil mengibarkan bendera Palestina. Lagu ini dibuat oleh Michael Heart sebagai bentuk dukungan moril dan simpatinya kepada warga Palestina ketika konflik kembali terjadi pada 2008 silam. Kadang memang suara-suara kemanusiaan, protes, dan kritik sosial dapat disampaikan lewat sebuah lagu. Itulah yang dilakukan oleh Michael Heart yang terpanggil berjuang untuk Palestina lewat caranya sendiri. Maher Zain, musisi muslim, juga melakukan hal yang sama dengan lagu ciptaannya berjudul Palestine Will be Free.

Civitas akademika punya caranya sendiri dalam melakukan protes, kritik, atau berteriak untuk kemanusiaan. Tentu sudah banyak akademisi yang menulis buku, artikel ilmiah, atau bahkan tulisan-tulisan lepas untuk perjuangan Bangsa Palestina demi menyampaikan kepada dunia bahwa Israel melakukan tindakan yang biadab dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di tanah yang mereka duduki sejak 1948. Namun demikian, suara dari kampus untuk perjuangan Palestina bisa dilakukan dengan cara yang lain, salah satunya seperti yang dilakukan oleh UMY pada prosesi wisuda periode keempat pada tahun ajaran 2023/2024 tahun ini. Solidaritas untuk Palestina pada prosesi wisuda ini tentu untuk membangun kesadaran bahwa isu Palestina bukan hanya isu yang perlu dipahami oleh mahasiswa prodi hubungan internasional. Isu Palestina telah menjadi isu kemanusiaan sehingga semua mahasiswa harus memahami dan memberikan dukungan moril untuk orang-orang Palestina yang kini sedang berjuang melawan kebiadaban Israel.

Kampus memang harus selalu hadir untuk menyuarakan kemanusiaan, kebenaran, keadilan, dan tegaknya moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengannya, kaum akademisi tidak hanya menjadi intelektual yang berada di menara gading sebagaimana yang sudah lama dikritik oleh Ali Syariati, salah satu pemikir revoluisioner dari Republik Islam Iran. Gerakan-gerakan perlawanan dari kampus ini terhadap kebiadaban Israel terhadap warga Palestina telah kita saksikan di beberapa kampus di Amerika Serikat pada bulan April lalu. Seperti unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kolumbia dengan membangun perkemahan di area kampus dalam menyuarakan dukungan bagi Palestina. Sayangnya, gerakan perlawanan dan suara kemanusian dari para mahasiswa di kampus yang mempunyai hubungan khusus dengan Israel tersebut tidak mendapatkan dukungan dari pimpinan universitas. Bahkan pihak kampus menskor mahasiswa yang ikut dalam kemah perlawanan tersebut. Bahkan di Universitas Southern California membatalkan wisuda karena adanya suara-suara kemanusiaan untuk Palestina dari mahasiswa (Kompas.id., 30/04/2024).

Yang kita lihat dari UMY pada prosesi wisuda 5-6 Juni tahun ini adalah kampus, dalam hal ini pimpinan universitas, menjadi yang terdepan dalam menyuarakan dan mengajak para mahasiswa untuk mengatakan kepada masyarakat Indonesia dan dunia bahwa apa yang dilakukan oleh Israel tidak dapat diterima dan dibenarkan. Berbeda dengan yang dilakukan oleh kampus-kampus top di Amerika Serikat. Semoga suara dan dukungan moril untuk perjuangan Palestina tidak pernah surut dari masyarakat Indonesia. Dan semoga dengan masifnya dukungan moril untuk Palestina dari berbagai kampus dan masyarakat global dapat mengetuk pintu hati para pengambil kebijakan di Gedung Putih untuk merevisi kebijakan luar negerinya terhadap konflik Israel-Palestina.

Yogyakarta, 7 Juni 2024

*Ahmad Sahide. Ketua Prodi Hubungan International Program Magister, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com