MEDAN, EDUNEWS.ID – Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) Cabang Medan sukses menggelar pelantikan pengurus periode 2022-2023 di Asrama Haji Medan, Sumatera Utara, Sabtu (27/8/2022).
Pelantikan dilakukan langsung oleh Ketua Umum PB HMI MPO, Affandi Ismail. Sebanyak 7 orang pengurus HMI Medan mengucapkan ikrar pelantikan.
Affandi dalam sambutannya menyinggung dinamika pada HMI Medan. Dia menyampaikan agar dinamika ini tidak terjadi lagi dan HMI Medan harus fokus menjalankan perkaderan dan pergerakan.
“Walaupun kita tidak mendominasi dalam kapasitas, tetapi HMI MPO selalu dikenal dan mendominasi lewat keintelektualannya. Oleh karena itu, kita harus selalu mengasah dan memperkuat intelektual dan pemikiran kita. Inilah yang seharusnya dilakukan hingga kelak buah dari pemikiran pemikiran itulah yang dapat memberikan kebaikan bagi bangsa ini,” tuturnya.
Ketua Umum HMI Medan, Rizki Fadilla Hasibuan, mengatakan bahwa HMI harus terus berjalan dengan mengamalkan Khittah Perjuangan yang menjadi landasan berpikir kader dalam mencapai tujuannya.
“HMI adalah organisasi perjuangan. Dari perjuangannya banyak melahirkan tokoh tokoh hebat yang diakui bangsa. Maka kader HMI harus bisa belajar dari tokoh tokoh ini yang terus mengamalkan Khittah Perjuangan HMI untuk umat, bangsa dan negara,” katanya.
Acara pelantikan dirangkaikan pula dengan Dialog Publik bertema “Gerakan Mahasiswa Dalam Melawan Oligarki” yang dibawakan oleh tokoh nasional, yakni Tamsil Linrung (Wakil Ketua MPR RI), Eggi Sudjana (Ketua Umum pertama PB HMI MPO periode 1986-1988), Refly Harun, Faisal Riza, Dadang Darmawan dan Affandi Ismail.
Tamsil Linrung menyampaikan bahwa Ia sangat mendukung pergerakan dan perlawanan HMI MPO kepada oligarki dan membawa HMI MPO ke kancah nasional.
“Kita siap mengibarkan bendera HMI MPO di nasional asal kita semua konkret. Dilihat dari tema pelantikan hari ini, kita sudah konkret. Melawan oligarki adalah suatu bentuk ‘kanan enemy’ yang harus kita sasarkan jadi perlawanan kita,” tegasnya.
Selanjutnya, Eggi Sudjana berkata bahwa pergerakan perlawanan itu harus penuh kenyataan, tidak sembarangan tetapi harus memahami apa yang dilawan.
“Tiga yang harus kita lakukan untuk mewujudkan perlawanan oligarki. Pertama melihat dan menganlisis sumber daya apa yang menjadi sasaran oligarki, kedua mencari data yang konkret, ketiga melakukan pergerakan,” tandasnya.
Dadang Darmawan menyambung bahwa untuk melawan oligarki, gerakan mahasiswa harus punya pondasi dan ikatan yang kuat.
“Tiga tahapan untuk memperkuat pondasi dalam gerakan mahasiswa ialah punya kemandirian, persatuan yang kuat, selanjutnya akhlak atau nilai maupun keimanan,” tukasnya. (*)
