Pendidikan

Magang Kampus Merdeka Tuai Sorotan, Kenapa Demikian?

Ilustrasi Kampus Merdeka by ridpir.com

JAKARTA, EDUNEWS.ID – Sejumlah program Kampus Merdeka dirumorkan bakal disetop buntut hasil audit keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap program tersebut baru-baru ini.

Wacana itu menguat seiring program prioritas makan siang gratis pemerintahan selanjutnya yang akan memakan banyak anggaran. Teranyar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membantah kabar tersebut.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Abdul Haris mengatakan pihaknya hanya melakukan penyesuaian. Imbasnya, salah satu program Kampus Merdeka, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) mundur dari jadwal semula.

Tiga tahapan MSIB dimundurkan, berdasarkan jadwal terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek, . Tanggal seleksi dan offering mahasiswa oleh mitra menjadi 21 Agustus-4 September 2024 dari semula Juni. Lalu, jadwal kegiatan dimulai 9 September 2024, dengan durasi magang minimal 4 bulan.

“Tapi ya itu, karena MSIB informasinya belum jelas membuat kita berpotensi melakukan magang bersamaan dengan skripsi yang mana ini juga situasi yang kurang ideal,” ungkap Jundi mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) seperti dikutip dari cnnindonesia (31/7/2024).

MSIB merupakan satu dari sekian program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek. Selain itu, beberapa program lainnya seperti Kampus Mengajar, IISMA-E, Praktisi Mengajar, dan Wirausaha Merdeka.

Namun, di antara sejumlah program itu, MSIB belakangan yang menjadi sorotan. Lalu seberapa efektif program itu, dan apakah layak dipertahankan?

Pemerhati pendidikan dari UIN Jakarta, Jejen Musfah menilai program magang selama ini memang sangat bergantung pada pihak ketiga atau industri yang menerima mahasiswa di program tersebut. Masalahnya, kata Jejen, tak sedikit industri yang melihat mahasiswa tak banyak memberikan kontribusi.

“Seringkali perusahaan itu tidak melihat kontribusi ya atas kehadiran mahasiswa,” ungkap Jejen kepada wartawan, Rabu (31/7/2024).

Menurut dia, kampus atau perguruan tinggi mestinya pro aktif melakukan komunikasi dengan pihak ketiga. Menurut Jejen, masalah komunikasi itu yang kerap menjadi penghambat mahasiswa sulit diterima industri di program magang.

Di kampus UIN Jakarta, Jejen biasanya kerap menemukan kasus sekolah keberatan menerima mahasiswanya yang magang. Hal itu umumnya karena tidak didahului dengan komunikasi di jajaran petinggi kampus seperti dekan hingga rektorat.

“Sehingga institusi yang kita ajak kerja sama enggak menangkap peran penting dari program magang tersebut,” ungkapnya.

Namun begitu, Jejen menilai program magang Kampus Merdeka layak dipertahankan. Sebab, walau bagaimanapun lewat program itu mahasiswa bisa belajar agar dunia akademik tetap harus relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

“Jadi mahasiswa tidak hanya belajar teori namun juga praktik langsung,” terangnya.

Jejen menjelaskan magang merupakan konsep belajar link and match, terutama agar mahasiswa tidak hanya belajar teori. Hanya, ia mewanti-wanti agar tidak terjadi eksploitasi dalam praktiknya.

“Jadi magang bukan hal baru dan memang harus dipertahankan secara substansi. Hanya saja jangan sampai terjadi eksploitasi,” imbuhnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top