MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah) meluncurkan Makassar Creative Hub (MCH), sebuah program inovatif yang bertujuan menciptakan ruang inklusif, terbuka, dan gratis bagi generasi muda kreatif.
Appi menyampaikan peluncuran MCH adalah salah satu dari tujuh program unggulan dibawah kepemimpinannya.
Menurutnya peluncuran MCH bukan hanya menjadi penanda hadirnya ruang kreatif baru, tetapi juga bukti komitmennya dalam menciptakan ekosistem yang inklusif, gratis, dan membuka peluang besar bagi anak-anak muda di kota Makassar.
“Makassar Creative Hub adalah bukti janji yang ditunaikan. Kami (Appi-Aliyah) tunaikan janji, Makassar Creative Hub adalah buktinya,” ungkapnya saat peresmian MCH yang berkawasan di Anjungan Pantai Losari, Sabtu (21/6/25) lalu.
Mengurai Peluncuran MCH: Solusi Kreativitas Atasi Fenomena Anjal dan Manusia Silver?

Foto: Munafri Arifuddin Wali Kota Makassar, saat Membawakan Sambutan di Peresmian MCH, Sabtu (21/6/25).
Pada momen yang bersamaan (peluncuran MCH), tak luput Appi menyoroti soal angka pengangguran terbuka yang mencapai 9,7% di Makassar. Baginya Kehadiran MCH diharapkan menjadi solusi strategis untuk merespons tantangan ini.
Meskipun begitu, Appi menekankan bahwa bukan satu-satunya cara, namun MCH akan menjadi buah jawaban konkret dalam mengatasi pengangguran di Makassar.
“Kami akan mulai dengan melihat antusiasme dan dari situ menetapkan target-target yang bisa dicapai,” tutur Appi.
Appi juga menegaskan pentingnya prinsip kesetaraan akses terhadap peluang kerja, mengingat masih banyak perusahaan di Makassar yang diisi tenaga kerja dari luar.
“Kita ingin kemampuan anak-anak Makassar bisa bersaing, tidak hanya di daerahnya sendiri, tapi juga di luar negeri,” paparnya.
Dengan kata lain, dari ulasan di atas mengisyaratkan, kehadiran MCH di bawah kepemimpinan Appi-Aliyah dapat menjadi ruang inklusif-inovatif bagi warga Makassar untuk meningkatkan kreativitas dan menjawab persoalan pengangguran, tak terkecuali bagi fenomena Anjal dan Manusia Silver, sebagai bentuk entitas nyata dari persoalan pengangguran hingga lapangan kerja.
Namun, apakah MCH dapat menjadi buah terobosan solusi kreatif untuk mengatasi persoalan ini?
Anjal dan Manusia Silver: Potret Kesenjangan Kehidupan di Makassar
Lazimnya, fenomena Anak Jalanan (Anjal) dan Manusia Silver di Makassar dapat ditemui hampir pada setiap titik lampu merah (Traffic Light) di Makassar.
Namun, dalam hasil temuan kru edunews.id pada Jumat (20/6/25) dalam konteks Manusia Silver, kini merambah hingga sudut area perkotaan di Makassar.
Sebagaimana mengulas dari hasil temuan, nampak manusia silver yang hanya seorang diri sambil mengenakan topi hitam itu meminta sumbangan kepada para pengunjung yang telah selesai berbelanja di salah satu gerai yang berkawasan di depan Alfamart Jalan Pacerakkang, Kecamatan Biringkanaya, kota Makassar.
Secara aspek sosiologis, fenomena Manusia Silver di Makassar merupakan simbol nyata dari ketimpangan sosial dan keterbatasan ekonomi.
Hal itu diutarakan oleh Muh Asri selaku Ketua Bidang PTKP HMI MPO Cabang Makassar. Baginya, fenomena ini bukanlah sekadar tontonan jalanan, melainkan cerminan dari masalah sosial dan ekonomi yang lebih dalam.
Ia lebih lanjut menyatakan bahwa manusia silver umumnya berasal dari keluarga miskin yang tidak memiliki akses pada pendidikan yang memadai, pelatihan keterampilan yang relevan, atau pekerjaan formal yang layak.
Oleh karenanya, ia menyarankan agar pemerintah mengadopsi pendekatan yang lebih komprehensif dalam menangani fenomena ini, yaitu dengan memberdayakan masyarakat melalui pelatihan kerja, bantuan usaha mikro, dan akses pendidikan alternatif.
“Fenomena manusia silver yang marak di ruang publik Makassar bukanlah sekadar tontonan jalanan atau kreativitas ekstrem, melainkan simbol nyata dari ketimpangan sosial dan keterbatasan ekonomi yang tersembunyi di balik narasi pembangunan,” urainya saat di hubungi via WhatsApp Sabtu (21/6/25) lalu.
“Sudah saatnya pemerintah mengatasi fenomena ini tidak hanya dengan penertiban, tetapi juga dengan memberdayakan masyarakat melalui pelatihan kerja, bantuan usaha mikro, dan akses pendidikan alternatif sebagai solusi untuk memecah kebuntuan,” tutupnya.
