Opini

Harga LPG 3 Kg 2025: Stabilkah?

Oleh : Adekamwa*

OPINI, EDUNEWS.ID –

“Barang enggak ada langka, saya jamin. Saya jamin enggak ada langka, cuma persoalannya dari 100 meter (jarak dengan pengecer), sekarang mungkin jauh lebih dari itu ngambilnya (ke pangkalan),” ujar Bahlil, diberitakan Kompas.com, Senin (3/2/2025).

Kelangkaan gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) tabung 3 kg di Indonesia yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia pada awal tahun 2025 ini menjadi studi kasus yang instruktif tentang bagaimana media massa dapat membentuk persepsi publik, mendorong tindakan, dan terkadang mendistorsi realitas yang ingin diberitakan.

Apabila melihat ke belakang, jelaslah bahwa liputan media tentang krisis ini mengungkapkan banyak hal, tidak hanya tentang kondisi jurnalisme Indonesia, tetapi juga tentang struktur kekuasaan yang lebih luas yang mengatur media dan negara. Dalam konteks ini, menarik untuk menyoroti pemikiran Professor James Curran, seorang tokoh penting dalam studi media.

James Curran memainkan peran penting dalam perkembangan studi media di Inggris, terutama sebagai pengajar pada program gelar studi media pertama di negara tersebut. Ia juga dikenal sebagai pendiri dan kepala departemen Media, Komunikasi, dan Studi Budaya di Goldsmiths, serta menjadi profesor pertama dalam bidang Komunikasi di University of London pada tahun 1989.

Pemikirannya sangat relevan dalam memahami dinamika media dalam situasi krisis seperti ini. Dengan menggunakan kerangka teori yang dikemukakan oleh Profesor James Curran, terlihat jelas bahwa liputan media mengenai krisis elpiji tidak hanya merupakan refleksi dari realitas, namun juga merupakan partisipan aktif dalam konstruksi dan mediasi realitas tersebut.

Berdasarkan perspektif ini, penulis berusaha untuk menyimak bagaimana pers Indonesia melihat krisis tersebut dan apa yang dapat diungkap dari hal tersebut mengenai kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang berperan di dalamnya. Pemikiran Curran memberikan wawasan berharga dalam memahami bagaimana kepentingan ekonomi dan politik dapat mempengaruhi narasi media, termasuk dalam pemberitaan mengenai krisis LPG di Indonesia.

Pertama-tama, kita tidak bisa mengabaikan sifat dari kelangkaan gas LPG 3 kg itu sendiri: krisis yang telah lama terjadi di sektor energi Indonesia, yang diperparah oleh jaringan distribusi dan kurangnya investasi infrastruktur.

Ketika kelangkaan menjadi tak terbantahkan, ketika mereka merasakan himpitan harga yang melambung tinggi dan dipaksa untuk mengantre berjam-jam di luar toko-toko eceran, media dengan cepat meliputnya. Liputannya tampak responsif, sebuah upaya untuk menginformasikan kepada publik tentang penyebab dan solusi yang mungkin dilakukan.

Hal yang paling mencolok dari pemberitaan tersebut adalah kecenderungan untuk menampilkan krisis sebagai masalah teknis, kegagalan logistik, dan bukan masalah politik. Di satu sisi, mereka mengakui bahwa ada yang tidak beres, bahwa masyarakat menderita; di sisi lain, mereka melanggengkan fiksi bahwa kesalahannya ada pada faktor eksternal, seperti lonjakan permintaan yang tak terduga atau gangguan dalam rantai pasokan.

Penulis melihat manipulasi ini bukan sebagai anomali, tetapi sebagai sistem yang bekerja persis seperti yang dirancang, memastikan bahwa mereka yang memegang kendali tidak perlu menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.

Suatu Hari di Makassar

Pagi itu, di awal Februari 2025, ia berdiri di depan warung Tante Ros, matanya menelusuri rak yang biasa dihiasi tabung hijau kesayangannya. Kosong. Seperti dompetnya setelah bayar cicilan motor.

Om Puddink, pria berperawakan sedang dengan kumis tipis yang menjuntai di kedua sisi wajahnya, sudah tiga hari mondar-mandir di sekitar Pampang – Urip Sumoharjo, berburu gas LPG 3 kg yang kini lebih langka dari senyum petugas pajak.

Di tengah antrean yang merayap, Om Puddink mendengar suara berat yang akrab di telinganya. “Om, masih semangat cari gas?” Mas Ali, pemilik warung kopi di ujung gang, muncul dengan senyum miring.

Om Puddink hanya mendesah. Ia tahu Mas Ali selalu punya teori tentang kebijakan pemerintah, dari harga cabai hingga langkanya LPG 3 kg.

Mas Ali: “Sabar, Om. Ini bagian dari Efisiensi 2025. Pemerintah cuma mau subsidi tepat sasaran. Kalau semua diatur, kita gak bakal lihat lagi orang kaya pakai gas subsidi.”

Om Puddink: “Tepat sasaran dari mana? Orang-orang kayak saya yang jelas-jelas butuh malah harus keliling cari gas. Dulu tinggal beli di warung depan rumah, sekarang harus antre kayak ngurus bansos”

Mas Ali: “Tapi ini demi kebaikan jangka panjang, Om. Pemerintah mau sistem lebih rapi, gak ada lagi pengecer main harga. Semua pakai KTP, jelas siapa yang dapat subsidi.”

Om Puddink: “Iya, iya, saya tahu teorinya. Tapi coba lihat di lapangan. Orang tua sampai meninggal antre gas, ibu-ibu pakai kayu bakar lagi. Apa ini yang disebut efisiensi?”

Mas Ali: “Itu karena masih masa transisi, Om. Nanti kalau sistem udah jalan, semua bakal lebih mudah. Kita mesti percaya sama kebijakan Pak Prabowo, ini buat kebaikan kita juga.”

Ia mengangguk-angguk pelan, menanggapi teori Mas Ali tanpa benar-benar mendengarkan. Sambil melangkah perlahan menuju rumah, ia merasakan kelelahan yang tak hanya fisik, tapi juga mental.

Analisis Krisis LPG

Lantas, bagaimana seharusnya kita memaknai krisis kelangkaan LPG 3 kg ini? Sasaran penerima subsidi LPG harus diprioritaskan pada kelompok rumah tangga 40 persen termiskin, serta sektor usaha mikro, nelayan, dan petani sasaran.

Menurut hemat penulis, sosialisasi kebijakan yang disertai komunikasi yang baik sangat penting agar semua pihak yang terdampak dapat memahami langkah-langkah yang diambil Pemerintah, sehingga gejolak sosial yang mungkin terjadi di masyarakat dapat dihindari.

Namun, selain masalah komunikasi, penulis juga berpendapat bahwa kelangkaan LPG yang kerap terjadi merupakan indikasi bahwa sistem penyaluran subsidi yang ada saat ini belum efektif dan efisien. Kondisi ini memperburuk situasi, karena meskipun ada subsidi, distribusi yang tidak tepat sasaran justru menambah kesulitan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap sistem penyaluran subsidi LPG, mulai dari produksi, distribusi, hingga penetapan harga.

Selain itu, perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap penyaluran LPG agar tidak terjadi penyelewengan. Penyediaan dan penyempurnaan basis data penerima subsidi LPG tabung 3 kg menjadi sangat penting dalam mendukung upaya peningkatan efektivitas anggaran subsidi.

Sebagaimana dikemukakan James Curran, media tidak hanya melaporkan kenyataan, tetapi juga membentuk dan membingkainya sesuai kepentingan tertentu. Karena itu, masyarakat perlu bersikap kritis dalam menyikapi informasi, sementara pemerintah harus memastikan kebijakan yang dibuat tidak sekadar merespons tekanan media, melainkan benar-benar mengatasi akar permasalahan.

Jangan sampai subsidi LPG 3 kg malah jadi konsumsi konglomerat, sementara rakyat cuma kebagian asap kompor.

Adekamwa. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas 23’

 

Sumber Bacaan:
Curran, J. (2002). Media and Power (1st ed.). Routledge.
https://doi.org/10.4324/9780203417744
Curran, J., & Seaton, J. (2024). Power Without Responsibility: Press, Broadcasting and the Internet in Britain (9th ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781003218845
https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/03/093000065/adakah-syarat-dan-batas-pembelian-elpiji-3-kg-di-pangkalan-resmi-ini-kata?page=all diakses pada 05 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/02/080000765/elpiji-3-kg-tak-lagi-dijual-di-pengecer-mulai-1-februari-2025-jumlah?page=all diakses pada 05 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/04/050000065/polemik-kebijakan-elpiji-3-kg-yang-membuat-masyarakat-antre-berjam-jam-apa?page=all#page2 diakses pada 05 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
https://fajar.co.id/2025/02/05/drama-gas-elpiji-3-kg-dibuat-pemerintah-jhon-sitorus-heran-pelakunya-diskenariokan-jadi-pahlawan/?page=all diakses pada 06 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
https://www.rri.co.id/daerah/1305961/pertamina-sebut-tak-ada-antrean-pembelian-elpiji-3-kilogram-di-blitar diakses pada 06 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
https://www.tribunnews.com/nasional/2025/02/07/gibran-pastikan-tak-ada-lonjakan-harga-elpiji-3-kg-cek-harga-gas-lpg-bulan-februari-2025 diakses pada 10 Februari 2024, pukul 08.00 wita.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top