JAKARTA, EDUNEWS.ID- Gonjang-ganjing PHK startup bukan cuma terjadi di Indonesia saja. Di negara lain bisa lebih buruk dan inilah 10 yang paling besar.
Menurut Layoff.fyi, situs pemantau PHK startup, gelombang pandemi COVID-19 menjadi awal pukulan dari momen bulan madu startup. Satu persatu bisnis tumbang, dan mereka yang bertahan pun bertumbangan akhirnya justru ketika pandemi melandai.
Data tercatat ada 808 startup melakukan PHK di seluruh dunia. Dampaknya, diperkirakan ada 135.302 pegawai startup kena PHK. Data ini dihitung sejak 11 Maret 2020, di fase awal pandemi.
Startup mana yang melakukan PHK paling besar? Inilah dia daftarnya seperti dikutip dari detikINET, Sabtu (18/6/2022):
1. Uber (San Francisco/transportasi) 6.700 karyawan
2. Getir (Istanbul/makanan) 4.480 karyawan
3. Booking.com (Amsterdam/travel) 4.375 karyawan
4. Better.com (New York/real estate) 3.000 karyawan
5. Groupon (Chicago/ritel) 2.800 karyawan
6. Peloton (New York/fitness) 2.800 karyawan
7. Carvana (Phoenix/transportasi) 2.500 karyawan
8. Katerra (San Francisco/konstruksi) 2.434 karyawan
9. Zillow (Seattle/real estate) 2.000 karyawan
10. Airbnb (San Francisco/travel) 1.900 karyawan
11. Instacart (San Francicso/makanan) 1.877 karyawan
12. WhiteHat Jr (Mumbai/pendidikan) 1.800 karyawan
13. Bytedance (Mumbai/consumer) 1.800 karyawan
14. Bytedance (Shanghai/consumer) 1.800 karyawan
15. Agoda (Singapura/travel) 1.500 karyawan
16. Paisa Bazaar (Gurugram/keuangan) 1.500 karyawan
17. Ola (Bengaluru/transportasi) 1.400 karyawan
18. Stitch Fix (San Francisco/ritel) 1.400 karyawan
19. Toast (Boston/makanan) 1.300 karyawan
20. Stone (Sao Paulo/keuangan) 1.300 karyawan
Dari 20 besar, tampak ada 11 perusahaan startup dari Amerika Serikat yang didominasi dari San Francisco. Seperti diketahui, pusat startup Amerika memang ada di Silicon Valley yang masuk dalam kawasan San Francisco Bay Area.
Dari Asia Tenggara, cuma ada Singapura yang masuk dalam 20 besar startup yang paling banyak PHK, yaitu Agoda. Semua tentu berharap goyangnya startup ini bisa diatasi dan tidak berdampak ke Indonesia.