JAKARTA, EDUNEWS.ID – Ekonom Universitas Indonesia, Telisa A Falianty, mengaku merasa aneh. Di satu sisi, Indonesia baru saja mendapat peringkat nomor dua lokasi terbaik dunia untuk investasi, namun faktanya nilai tukar rupiah justru merosot.
“Padahal kemarin, rupiah di-sounding nilai tukarnya sangat terjaga. Banyak yang menduga kenaikan Fed Fund Rate bisa diantisipasi, tapi nilai tukar justru anjlok,” kata dia.
Oleh karena itu, Telisa mengatakan merosotnya rupiah harus dijadikan perhatian utama pemerintah untuk segera mengambil kebijakan yang tepat agar pelemahan rupiah tidak terus berlanjut dan berpengaruh ke hal lain, seperti inflasi, suku bunga, dan impor jadi lebih mahal.
Menurut Telisa, waktu toleransi intervensi BI paling tidak selama satu bulan ke depan. Sebelum kebijakan dikeluarkan pun harus melihat nilai tukar dari negara lain. Apabila hanya rupiah yang melemah maka perlu meningkatkan kewaspadaan.
“Kenapa dibandingkan dengan Asia kenapa kita paling lemah banget. Padahal, secara fundamental baru dirilis Indonesia menjadi negara tujuan investasi terbaik di dunia. Ini agak aneh ya,” tukas dia.
Telisa menilai pelemahan rupiah akan terus berlangsung dan tidak bisa diprediksi sampai kapan. Sebab, tekanan depresiasi dipicu serangkaian kebijakan AS yang mengarah pada ketidakpastian global.