Oleh: Sampean*
SKETSA, EDUNEWS.ID – Max Weber, sosiolog kelahiran Jerman yang meletakkan fondasi paradigma konstruktivis dalam sosiologi. Sumbangsih pemikirannya mewarnai perdebatan teoritis sosiologi. Weber mengembalikan kedirian individu di ranah sosial. Di mana, para pendahulunya menempatkan individu atau manusia sebagai makhluk pasif terhadap struktur sosial. Weber memberikan ruang ekspresi bagi individu. Individu senantiasa aktif dan kreatif dalam membentuk tatanan sosial.
Pandangan ini sangat berbeda dengan pandangan Emile Durkheim yang melihat individu bagian dari determinis struktur sosial. Sementara, Marx melihat individu tidak lebih dari hukum determinisme sejarah dan perjuangan kelas. Dalam perjalanan ketiga tokoh ini mewarnai paradigma dalam sosiologi. Weber mewakili Paradigma Konstruktivis, Emile Durkheim mewakili paradigma positivisme, dan Karl Marx mewakili paradigma kritis.
Perdebatan ketiga tokoh klasik sosiologi ini mempengaruhi perkembangan paradigma sosiologi kontemporer. Pemikiran yang digagas oleh ketiga tokoh sosiolog ini tidak pernah usang digali dan dikembangkan oleh para penerusnya. Tetapi dalam tulisan ini menekankan pada Gagasan Max Weber.
Weber senantiasa mewarnai teoritis yang berkembang pada ilmu sosial terutama dalam sosiologi. Pendekatan fenomenologis dalam sosiologi memiliki kelekatan yang erat dengan gagasan Weber tentang individu yang berkesadaran. Tokoh-tokoh yang terpengaruh pada gagasan ini, ada Edmund Hussrel, Alfred Scultz, Peter L. Berger, dan Garfinkel. Perkembangan Teori Interaksionis Simbolik pun berakar dari gagasan Max Weber mengenai kebermaknaan tindakan.
Interaksionis Simbolis digagas oleh George Herbert Mead, Herbert Blumer, dan Ervin Goffman. Begitu pun dengan teori modal sosial pengembangan teori pilihan rasional Weber. Teori ini dikembangkan oleh Robert Putnam, James Coleman, Francis Fukuyama, Jonathan H. Turner.
Teori-teori ini merupakan proses pengembangan dari teori Weber. Ketiga pengembangan teori ini memiliki sumber akar yang sama dengan saling menopang satu sama lain. Unsur-unsur mendasar teori fenomenologi, interaksionis simbolik, dan modal sosial digunakan untuk menimbang Berahi sosial.
Berahi sosial suatu yang inheren dalam individu atas kehendak yang ingin dicapai di ranah sosial. Dengan kata lain Berahi sosial dapat berwujud sebagai orientasi yang hendak dilakukan atau dicapai pada proses sosial di masyarakat. Berahi sosial wujud dari teori Weber mengenai tipe ideal untuk melakukan kalkulasi rasional pada individu.
Penimbangan Berahi sosial berakar pada individu yang berkesadaran, Individu yang aktif dan kreator, dan individu yang bertindak atas pilihan rasionalnya. Berahi sosial bekerja pada tiga landasan tersebut.
Berahi sosial dapat berwujud penguasaan, perjodohan, penaklukan, perselingkuhan, pembunuhan, penghukuman, dan pencapaian yang lain.
Berahi sosial bekerja melalui kalkulasi rasional. Kalkulasi rasional merupakan proses pengukuran, penghitungan, dan penimbangan atas tindakan yang hendak dilakukan. Tindakan tersebut berupa rasionalisasi bertujuan dengan berbagai indikator yang telah tertentukan di ranah sosial maupun di ruang sadar individu. Individu dapat bertindak aktif dan kreatif atas tujuan hendak dicapai. Berahi sosiallah mengarahkan ruang sadar individu untuk melakukan tindakan sosial tersebut.
Berahi sosial dan Kebermaknaan
Kebermaknaan diperoleh dari penafsiran, penghayatan, dan refleksi dari ruang sosial yang turut berpengaruh pada tindakan individu. Ruang sadar individu pun mengalkulasi pilihan rasional atas tindakannya sehingga individu senantiasa terdorong aktif membentuk lingkungannya. Individu bukanlah makhluk yang pasif dibentuk oleh tatanan sosial. Maka, keberadaan individu sebagai kreator perubahan sosial tidak bisa dinafikan.
Perjalanan laku sejarah, sekiranya merupakan perjalanan orang-orang besar seperti Hitler, Nabi Muhammad, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Bunda Theresa, Tan Malaka, Lenin, Stalin, dan Sukarno. Aktor-aktor kreatif ini menunjukkan peran individu melakukan perubahan sosial. Kontribusi atau sumbangsih yang diberikan terhadap bangsanya tidak bisa dinafikan. Akan tetapi, individu kreatif bukanlah satu-satunya faktor tunggal perubahan sosial tetapi juga konteks sosial yang berkembang pada ruang sosial tersebut.
Kebermaknaan pun bisa terlahir dari keprihatinan sosial yang terjadi dalam ruang sosial. Keprihatinan bisa timbul dari situasi sosial masyarakat yang kacau balau. Kita bisa lihat dari peristiwa 411 atau aksi demonstrasi bela al Quran, beberapa individu secara sadar terlibat langsung dalam aksi massa tersebut. Mereka terdorong atau terpanggil atas dugaan penistaan terhadap al Quran. Individu-individu yang sadar tersebut merupakan wujud keprihatinan sosial dan atau keterpanggilan perjuangan untuk membela al Quran. Keprihatinan dan keterpanggilan berwujud berahi sosial.
Berahi sosial sebagai orientasi sosial berdasarkan kalkulasi rasional merupakan perwujudan dari kebermaknaan yang diperoleh individu. Berahi sosial mendorong untuk bertindak atas pilihan rasional.
Perjuangan individu kreatif untuk mewujudkan berahinya tidak lepas dari asas pertimbangan dan penghayatan terhadap konteks sosial individu. Berahi sosial dapat berwujud pada cita-cita dan pengharapan individu. Berahi sosial bisa berupa kekuasaan, Akumulasi Modal, dan pemilihan jodoh.
Berahi sosial sebagai pencapaian hasil dari kalkulasi rasional berdasarkan indikator-indikator dorongan kesadaran individu ataupun kebermaknaan hidup seorang individu. Individu memilih miskin atau hidup sederhana bisa jadi merupakan pilihan rasionalnya. Kita bisa lihat hidup sufi yang sederhana merupakan perwujudan berahi sosialnya. Berahi sosial sufi mendorong dia untuk tampil sederhana untuk mendekatkan diri kepada penciptanya. Berahi sosial seorang sufi ketika dia mampu tercebur atau melebur ke dalam penciptanya. Berahi sosial seorang penguasa adalah ambisi memperoleh kekuasaan. Berahi sosial laki-laki dan perempuan adalah pencarian jodoh atau pasangan hidup.
Berahi sosial adalah wujud lakon sosial yang kita peragakan dalam kehidupan keseharian. Berahi sosial tiada lain dari apa yang hendak kita capai. Kehendak pencapaian bisa dilakukan berbagai cara dengan penentuan indikator dan tipe yang ideal menurut ruang sadar kita sebagai individu. Kebermaknaan hidup seorang individu ketika mencapai berahi sosialnya. Maka, segala cara pun bisa ditempuh untuk mencapainya. Tak ayal, manusia bisa menjadi Rubah sekaligus Singa untuk memperoleh kekuasaan atau manusia bisa berhati malaikat dan tiba-tiba berubah berhati iblis ketika berahi sosialnya terhalangi. Berahi sosial pilihan pragmatis dari hidup seorang.
Sampean, Lahir di Bulukumba, 10 Februari 1989. Penulis Pernah Bergiat di Komunitas Belajar Menulis (KBM) di Yogyakarta. Alumni Sosiologi UNM. Dan, sementara menempuh pendidikan pasca sarjana Sosiologi Pedesaan Institut Pertanian Bogor (IPB).