JAKARTA, EDUNEWS.ID – Warga Kampung Susun Bayam didampingi oleh Indonesia Resilience (IRES) membuka aktivasi ruang dengan pameran bertajuk “Merawat Ingat Kampung Bayam” di Kampung Susun Bayam (KSB), Minggu (3/12/2023).
Pameran dibuka dengan Ketua kelompok tani madani di KSB Furqon.
Furqon mengatakan pameran tersebut berjalan berkat kekompakan warga dan IRES.
“Alhamdulillah sampai sekarang masih kuat ya, kekuatan karena kekompakan, semoga perjuangan ini sampai ke publik bahwa kita ada di sini sedang memperjuangkan hak kita,” sambut Furqon.
Aktivasi ruang ini adalah bagian dari aksi squatting atau kependudukan yang telah dilakukan warga sejak 13 Maret 2023 dalam merebut haknya, yakni mendapat kunci KSB.
Lebih lanjut, Furqon menjelaskan bahwa dari pembagian kamar, turunnya surat keputusan hingga peresmian sudah dilakukan namun kunci yang seharusnya diberikan kepada warga KSB belum juga diterima oleh mereka sampai hari ini.
Sementara Hari Akbar selaku Direktur Eksekutif IRES menyebut pameran tersebut menampilkan lima segmen.
“Listrik, air, ruang meski dihambat, tapi kita mampu bertahan. Ini yang harus kita sampaikan bahwa pesan-pesan ini akan selalu ada. Di sini ada pameran fotografi, yang mana ada lima segmen. Mulai dari pra penggusuran, penggusuran, sampai tidak diberikannya KSB ini. Jadi, ini adalah momentum kita untuk mengingat bahwa perjuangan kita sudah sejauh ini,” kata Hari Akbar.
Adapun pameran terdiri dari lima rubrik, di antaranya adalah rubrik sejarah KSB, kegiatan sehari-hari sebelum penggusuran, perkembangan KSB tahun ke tahun, kronologis penggusuran, dan dampak sosiologis serta antropologis.
Selain itu, dalam kegiatan pameran ini terdapat pemutaran film dokumenter tentang sejarah KSB.
Setelah acara pembukaan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan keliling ke setiap rubrik fotografi sambil dijelaskan oleh warga KSB.
“Dengan adanya pameran ini dapat meningkatkan solidaritas warga sekaligus masyarakat mengenai hak-hak warga KSB, merawat ingat kejadian penggusuran Kampung Bayam yang menghilangkan ruang hidup warga dan meningkatkan pengetahuan situasional mengenai penggusuran melalui media,” tutup Hari Akbar.
