MAKASSAR, EDUNEWS.ID-Mahasiswa program studi Jurusan Ilmu Administrasi Negara (JIAN) Fisip Unismuh Makassar yang menjadi peserta Kampus Mengajar Angkatan I di berbagai daerah sukses menjalankan program selama 3 bulan.
Sejak dinyatakan lulus pada 17 Maret 2021 mahasiswa langsung melapor di Dinas Pendidikan tiap daerah, ketiga Mahasiswa asal JIAN diantaranya, Busri penempatan di UPT SD Inpres Kampung Baru Pinrang, Syamsinar penempatan di SD Inpres Sugitangnga Gowa dan St. Nur Raudhatul Adawiyah penempatan di SDIP As-Sunnah Makassar.
Lokasi sekolah memang berada di daerah pelosok dan tergolong masuk wilayah 3T. Sebagaimana penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kampus Mengajar merupakan bagian dari Kampus Merdeka yang mengajak mahasiswa di Indonesia untuk menjadi guru dan mengajar siswa-siswa Sekolah Dasar (SD) di wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar).
Tujuan program Kampus Mengajar ini adalah pertama, untuk menghadirkan mahasiswa sebagai bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi. Pelaksanaan serentak diseluruh Indonesia pada tanggal 22 Maret sampai dengan 22 Juni 2021. Diawali dengan pelatihan dan sosialisasi program selama seminggu dari pihak Kemendikbud RI dan dilanjutkan penerjunan mahasiswa.
Hingga penarikan secara serentak dilakukan pada bulan ketiga tepatnya 25 Juni 2021 tentu ada berbagai pengalaman yang didapatkan mahasiswa.
“Menjadi tantangan tersendiri ketika tiap hari berkunjung ke sekolah yang cukup jauh jarak tempuhnya dari rumah dan dapat ikut di kelas bersama adik-adik siswa membantu dan mengefektifkan pembelajaran selama pandemi Covid-19 yang tentunya secara terbatas dan terbimbing. Senang rasanya menjadi bagian program Kampus Mengajar ini” ujar Busri, dalam keterangannya ke edunews.id, Ahad (27/6/2021).
Sementara Syamsinar punya kesan dan pengalaman tersendiri. “Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan salah satunya yaitu membantu ibu guru dalam mengajar adik-adik di sekolah, ternyata mengajar adik-adik tidak semudah yang di bayangkan, karena adik-adik masih memiliki minat baca yang kurang serta lebih banyaknya prioritas untuk bermain. Butuh banyak kesabaran dalam menghadapi adik-adik yang begitu aktif namun tetap harus bisa membangun suasana semangat belajar.” tutur Sinar.
Membantu adapatasi teknologi di sekolah juga menjadi tujuan dari program Kampus Mengajar ini. Penting untuk sekolah, baik guru maupun siswa untuk dapat cakap menggunakan teknologi, apalagi di masa krisis pandemi saat ini yang menitikberatkan pada penggunaan teknologi untuk melangsungkan pembelajaran.
St. Nur Raudhatul Adawiyah yang bertugas di sekolah yang bernuansa islami memiliki kesan lain selama pelaksanaan Kampus Mengajar.
“Saya belajar banyak hal yakni kebersamaan, keagamaan, kekeluargaan, kekompakan dan solidaritas. Disini saya juga belajar untuk bersosialisasi, bagaimana bekerja dalam tim serta belajar bertanggung jawab dalam suatu hal. Pengalaman baru yg saya rasakan, walaupun saya berasal dari jurusan non pendidikan, namun saya mendaptkan banyak sekali ilmu khususnya ilmu keagamaan dan dapat merasakan bagaimana situasi ketika menjadi pengajar di kelas”. tutup Wiyah (ctzn/bus)