Pendidikan

Cerita Ketum IGI, Muhammad Ramli Rahim Tentang Kompetensi Guru di Maluku dan Malut yang Memprihatinkan

AMBON, EDUNEWS.id— Akihitua Wasahua benar-benar adalah pejuang, bukan hanya cerita masa lalu yang saya dengar tapi hari ini pun saya membuktikan kegigihannya.

“Puluhan kepala sekolah yang sangat fanatik pada organisasi guru tertentu, bertahan tak mau berubah dan memilih “begini-begini saja” akhirnya luluh juga dan mau menghadiri Seminar Nasional Literasi Produktif Berbasis IT di Hotel Lulu Kota Masohi. Tak henti, Pak As panggilan Akihitua Wasahua membujuk mereka agar mau bertemu dan mendengar pemaparan ketua umum pengurus pusat IGI,” Demikian yang diungkap oleh Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim ke edunews, Senin (1/8/2016) saat menceritakan pengalaman perjalanannya ke pelosok daerah di Maluku.
Muhammad Ramli menceriterakan, dalam seminar yang dilaksanakan oleh IGI, pesertanya memang tak seheboh dan sebanyak daerah lain yang IGI-nya sudah sangat mengakar.

“Tapi semua telah membuat Pak As girang luar biasa, usahanya menyadarkan kepala-kepala sekolah di kampungnya membuahkan hasil, saat seminar berakhir, puluhan kepala sekolah itu langsung bergabung dengan IGI dan berkomitemen akan mendorong guru-guru di sekolah mereka untuk turut meningkatkan kompetensinya terutama dalam hal literasi dan penguasaan IT,” tutur Ramli.

Mengapa Pa As begitu gembira, menurut Ketua IGI wilayah maluku, Ode Abdulrahman, guru-guru di maluku saat diajak pelatihan atau seminar, pertanyaan pertama adalah “uang duduknya berapa?”

Ini menurut ketua wilayah sudah menjadi semacam ideololgi bagi pendidik di Maluku pada umumnya, para guru yang pulang dari diklat atau pelatihan sangat sering ditagih “traktir” oleh kawan-kawannya sehingga perlu dibangun kesadaran ideologis akan pentingnya peningkatan kompetensi guru.

“Saya semakin penasaran untuk menggali informasi, apa sesungguhnnya masalah guru di Maluku dan Maluku utara, mengapa nilai UKG mereka terendah kedua dan pertama di Indonesia?,” ucap Ramli.

Faktor lainnya adalah rentang kendali peningkatan kompetensi guru, butuh biaya berkali-kali lipat untuk menangani Kepulauan Maluku dan Perlu dibuat regulasi khusus untuk Kepulauan Maluku yang tentunya tak dapat disamakan dengan daerah lainnya yang daratan.

“Untuk melatih guru-guru di Masohi yang terletak di Pulau terbesar di Kepulauan Maluku saja harus menyeberang dengan Kapal Cepat atau Feri dari Kota Ambon, belum lagi kepulauan Aru, Kepulauan Sulu dan lainnya,” ujarnya

Begitu berat tantangan peningkatan kompetensi guru di Maluku. Jika pemerintah tidak mengerahkan kekuatan tiga kali lipat atau lebih di Maluku, rasa-rasanya mustahil standar kompetensi guru dengan nilai 80 mampu dicapai di Wilayah Kepulauan Maluku, apalagi hampir semua P4TK ada di Jawa dan bimtek guru pun lebih sering dibuat di Jawa.

“IGI Bergerak pun, bukan hanya berhadapan dengan tantangan geografis tapi juga sikap konservatif guru dan saudara tua kami di Maluku,” tambahnya

Tapi buat IGI, ini adalah tantangan dan harus dikerjakan. Saya kembali berujar ke kawan-kawan guru di Maluku “tidak berubah nasib kompetensi guru di Maluku hingga guru itu sendiri mengubah kompetensinya sendiri

“Pulang dari Masohi, kami memilih menggunakan Feri dengan sebelumnya menempuh jalan darat 2,5 jam Masohi ke Seram Bagian Barat lalu jalan laut 2,5 jam ditambah 1,5 jam dari pelabuhan Feri menuju kota Ambon ditengah guyuran hujan yang mengakibatkan kota Ambon terendam banjir dan longsor menutup di salah satu ruas jalan Kota Ambon menuju Bandara Pattimura,” ujar Ramli mengakhiri sekelumit cerita perjalanannya di selama di Maluku.

Kerjasama dan Mitra silakan menghubungi 085171117123

Kirim Berita

  • redaksi@edunews.id
  • redaksiedunews@gmail.com

ALAMAT

  • Branch Office : Gedung Graha Pena Lt 5 – Regus – 520 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Pampang, Makassar Sulawesi Selatan 90234
  • Head Office : Plaza Aminta Lt 5 – Blackvox – 504 Jl. TB Simatupang Kav. 10 RT.6/14 Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Telepon : 0411 366 2154 – 0851-71117-123

 

To Top