PURWAKARTA, EDUNEWS.ID – Ketua DPR RI, Ade Komarudin membangun sebuah sekolah berbasis pada tradisi pendidikan vokasional pesantren di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Hal itu guna menghadapi persaingan industri yang semakin masif serta mewanti-wanti agar kurikulum pendidikan mampu mencetak generasi yang profesional dan unggul. Menurutnya kurikulum pendidikan yang tidak mampu menerjemhakan kebutuhan zaman hanya mencetak pengangguran baru.
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya.Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades).
“Pendidikan vokasional tetapi berbasiskan pesantren, dan bagi yatim tentu tidak dipungut bayaran sampai sekolah menengah atas kejuruan. Diajarkan juga bahasa sesuai kebutuhan, bahasa Korea harus, karena investor Korea cukup banyak, kemudia juga Jepang, bahasa Inggris tentu harus, dan juga Arab, karena itu pesantren,” papar Akom sapaan akrab Ketua DPR saat memberi sambutan di acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pesantren tahap II (lanjutan) SMP dan SMK Multimedia dan Panti Yatim Berprestasi Yayasan Benteng Madani, di Purwakarta, Sabtu (5/11/2016).
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi juga turut serta menghadiri acara tersebut menjelaskan saat ini mayoritas masyarakat Purwakarta adalah kelas menengah. Hal ini ditopang dengan potensi perindustrian yang ada di Purwakarta.
Senada dengan Akom, Dedi pun akan mencetak dan mendukung sistem pendidikan yang menguatkan aplikasi. Menurutnya, teori dalam sekolah kejuaruan cukup dua tahun saja, selepas itu aplikasi lewat magang. Dia akan menjadikan industri yang ada di Purwakarta menjadi tempat magang para siswa. Dedi pun berpesan agar pembangunan sekolah memperhatikan aspek lingkungan.
“Ini prinsip. Agama mengajarkan sinergitas manusia dengan alam,” ujarnya.
Akom juga menyampaikan pembangunan sekolah ini tidak berdasar pada motif pendidikan yang mencari untung dari peserta didik, ini semata-mata diniatkan sebagai amal jariah.
“Ini bukan investasi dunia, ini investasi akhirat. Di dunia sudah cukuplah seperti ini tidak akan ada puasnya. Kita investasi amal, tidak motif lain,” paparnya.