JAKARTA, EDUNEWS.id — Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, mengatakan pemotongan anggaran yang dilakukan dua kali dalam satu tahun berimbas kepada produktivitas lembaga tersebut. Unggul meminta pemerintah mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan pemotongan anggaran BPPT.
“Untuk tahun ini, ada dua kali pemotongan anggaran. Pemotongan pertama sekitar Rp 70 miliar, sementara pemotongan kedua hampir mencapai 100 miliar. Total anggaran yang dipotong mendekati Rp 170 miliar,” jelas Unggul di Jakarta, Senin (15/7/2016) silam.
Sementara itu, lanjut dia, total anggaran tahunan untuk BPPT sekitar Rp 900 miliar. Dari total anggaran tersebut, lebih dari 50 persen digunakan untuk biaya rutin seperti gaji pegawai, pemeliharaan peralatan, perawatan gedung dan sebagainya.
Untuk keperluan riset setiap tahunnya, anggaran yang dialokasikan BPPT sekitar Rp 300 miliar. Menurut Unggul, pemotongan anggaran tahun ini berimbas kepada pembiayaan berbagai kegiatan utama seperti riset dan pengembangan technopark di sembilan daerah.
Saat ini, BPPT tengah mengembangkan sekitar 50 riset unggulan. Pengurangan dana menyebabkan adanya pemotongan pada anggaran riset.
Anggaran yang berkurang pun menyebabkan BPPT hanya bisa fokus mengembangkan lima dari sembilan technopark di Indonesia. Kelimanya yakni technopark Pelelawan, technopark Bantaeng, technopark Pekalongan, technopark Baron dan technopark Lampung.
“Sebab kami tidak mungkin memotong gaji pegawai, biaya perawatan alat dan sebagainya. Kami minta pemerintah ke depannya tidak kembali melakukan pemotongan anggaran. Sebab, anggaran kami sebetulnya terhitung kecil jika dibandingkan dengan instansi lain,” kata Unggul.
[Rep]