MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Tim riset dari Himpunan Mahasiswa Islam Universitas Negeri Makassar melakukan penelitian di beberapa desa yang berada di Pulau Tana Keke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Diantaranya Desa Tompotana, Desa Maccini Baji dan Desa Balangdatu.
Tim tersebut, mengunjugi beberapa sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu SDN 140 Inpres Tompo, SDN 27 Tompotana, SDN 121 Inpres Balangdatu, SMPN Satu Atap Tompotana, SMPS Tana Keke, SMPN 4 Balangdatu, SMAN 10 Takalar.
Kunjungan itu untuk memperoleh gambaran kondisi pendidikan yang berada di Pulau Tana Keke. Sejumlah warga dari berbagai profesi ikut turut berpartisiapsi dalam penelitian tersebut sebagai informan, diantaranya Junaedi (Mahasiswa), Murni (Guru Honorer SDN 140 Inpres Tompotana), Bernianto (Guru Honorer SMPN Satu Atap TompoTana), Aziz Tonro (Guru Honoror SMAN 10 Takalar), Eni (Guru PNS SDN 27 TompoTana), Yulianti (Guru Honorer SMPS TanaKeke), Nurdawayanti (Guru Honorer SMPN 4 Balangdatu), Mayalaila (Guru Honorer SMPN 4 Balangdatu), Hamzah (Kepsek SDN 121 Inpres Balangdatu),Firman (Pemuda Desa Maccini Baji).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, pihaknya menemukan masalah sebagai berikut :
1. Kondisi tenaga pengajar masih sangat minim. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya guru PNS di tempatkan di luar dari pulau Tana Keke sehingga beban waktu ajar guru honorer bertambah.
2. Minimnya guru berdampak pada kekosongan kelas, sehingga proses belajar mengajar sangat jarang dilakukan, baik daring maupun luring.
3. Minimnya tenaga pengajar juga disebabkan karena gaji/upah atau tunjangan yang diterima terbilang rendah dan jauh dari kata sejahtera sehingga beberapa guru honorer lebih memilih tidak mengajar.
4. Selain itu, minimnya tenaga pengajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sehingga mereka malas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
5. Semua informan menginginkan sekolah dibuka kembali karena pertimbangan berikut: tidak mendukungnya sarana prasarana belajar mengajar seperti laptop, handphone dan alat belajar mengajar daring lainnya. Selain itu, jaringan internet juga tidak begitu mendukung sehingga segala proses belajar mengajar daring dinilai tidak efektif.
6. Semua sekolah baik jenjang SD, SMP, dan SMA kekurangan buku mapel, rak buku dan sarana prasarana olahraga, dan media pembelajaran lainnya.
7. Ditemukan fakta bahwa ada tenaga pengajar PNS yang malas masuk mengajar bahkan tidak
pernah ke pulau tetapi gaji tetap diterima. Beberapa informan mengeluhkan kondisi ini dan berharap diberi sanksi tegas oleh pihak terkait.
8. Factor eksternal lainnya adalah listrik belum bias dinikmati 24 jam penuh karena masih adanya jam pemakaian yang terbatas sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas.
