BEKASI, EDUNEWS.ID – Problematika sampah laut yang berkepanjangan memerlukan pola penyelesaian konkret. Selain kesadaran individu, perubahan secara tersistem juga perlu digalangkan.
Hal ini disampaikan Arifsyah Nasution (Oceans Campaign Lead Greenpeace), dalam Webinar Sea Savers oleh Public Relations President University, Jumat (1/4/2022).
Dalam ulasannya, Arif menyampaikan bahwa saat ini dunia sudah sangat terhubung dengan sistem sehingga penyelesaian sampah laut memerlukan intervensi dalam sistem itu sendiri.
Sampah plastik, misalnya, merupakan jenis sampah yang mendominasi sampah di laut. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan konsumsi plastik di masyarakat, tetapi menyangkut produksi dan distribusinya.
“Tidak dapat dipungkiri, proses produksi, distribusi dan konsumsi masing masing saling berkaitan. Regulasi sudah ada, tapi kita tidak jamin soal penegakannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arif menyebutkan beberapa poin intervensi yang dapat dilakukan dalam komunitas untuk menekan masalah ini.
“Permintaan dan produksi sampah plastik mesti dikurangi, perlu inovasi desain material produk, kolaborasi ekonomi dengan reusable items, improve litter capture, pengelolaan sampah juga perlu diperbaiki,” terangnya.
Terakhir, dia menekankan strategi utama untuk menghasilkan perubahan dan menjaga laut bersama, yakni mindset, model dan movement.
“Kita perlu sadar dan berubah. Selanjutnya dorong korporasi melakukan hal yang sama. Banyak model bisa diterapkan dan kita butuh movement nyata. Strategi ini kalau kita lakukan, perubahan bisa digapai sama sama. Lindungi apa yang kita cintai,” pungkasnya.