Oleh: Akbar Abba*
OPINI, EDUNEWS.ID – Pemerintahan Jokowi-JK saat ini, semakin hari tidak semakin gaduh. Kegaduhan politik, ketidakstabilan ekonomi dan fungsi penegakan hukum yang mandul menunjukkan semakin terpuruknya kondisi bangsa ini. Kalau seperti ini terus menerus mau dibawa kemana nasib bangsa dan negari ini? Dulu waktu era SBY banyak orang mencemooh bahwa negeri ini dikelola bak auto-pilot, namun faktanya masih smooth landing bahkan dalam masa dua periode kepemimpinan SBY, masih banyak prestasi yang diukir seperti stabilitas ekonomi, keamanan dan penegaan hukum sangat cukup baik dan relatif terkendali.
Kegaduhan yang sering terjadi belakangan ini. Di negeri yang demokrasinya sudah maju, rakyat membuat kegaduhan. Pemerintah menentramkan. Di Indonesia, pemerintah menjadi sumber kegaduhan. Media disalahkan, padahal cuma melaporkan. Kasus yang sangat memalukan, inilah pengaruh kemorosotan bangsa kita. Seperti air mengalir kita terus mengikuti harus kemana air itu akan pergi, namun kita tak tau jika sementara air itu mengalir masih banyak kotoran yang tidak disaring oleh masyarakat kita, sehingga inilah yang membuat bangsa dan negera kita hancur dan malu seperi ini.
Tujuan perombakan kabinet jilid II adalah salah satu utamanya menghilangkan kegaduhan dalam pemerintahan Jokowi, tapi ternyata tujuan itu tetap saja hanya isapan jempol belaka, Pemerintah terus kembali gaduh tiada habisnya. Kebijakan Full Day School oleh Mendikbud yang baru, kini tak ubahnya menjadi kegaduhan dalam dunia pendidikan saat ini, semua pihak ikut berkomentar dan menyoroti kebijakan dari sang menteri tersebut.
Selanjutnya, Susi Pudjiastuti versus Luhut Binsar Padjaitan terkait kebijakan yang membolehkan nelayan asing menangkap ikan di natuna, menjadi kegaduhan baru lainnya hingga akhirnya ancaman mundur dari Menteri Susi dari kabinet saat ini Dan kini yang terbaru yaitu Menteri ESDM Arcandra Tahar mengenai posisi wakil menteri dan posisi ketua SKK Migas. Pemerintahan Jokowi tetap gaduh, walau tanpa Rizal Ramli dan Sudirman Said didalamnya, ada apa? apakah DNA kabinet kerja memang DNA kegaduhan. Kegaduhan ini yang selalu timbul tiada habisnya.
Archandra Tahar mendapat kepercayaan Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menggantikan Sudirman Said sebagai Menteri ESDM. Belum sebulan menjabat sebagai menteri ESDM kini telah dicopot kembali oleh Presiden hebat kita Joko Widodo dengan alasan dwikewarganegaraan yang masih merupakan warga Negara amerika serikat, sekalipun Archandra Tahar merupakan memiliki darah asli Indonesia yang menyelesaikan pendidikan strata 1 di ITB dan melanjutkan studynya di amerika serikat.
Namun yang membuat lucu dinegeri ini adalah karena ketidak sepahaman dengan kolega presiden maka menteri ESDM telah dicopot juga dengan alasan yang memalukan. Walaupun Archandra Tahar mengantongi pengalaman yang berprestasi dari amerika dibidang minyak dan gas. disinyalir bahwa pencopotan menteri ESDM dikarenakan bagi-bagi kue yang tidak tepat terhadap PLN yang belakangan ini hangat diperbincangkan. Tentunya masyarakat terus bertanya kenapa Archandra Tahar dingkat sebagai menteri kalau hanya untuk dicopot kembali sebelum diliat kinerjanya?
Alasan kewarganegaraan saya piker hanyalah akal-akalan belaka dari pemerintahan Jokowi. Dari jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan merupakan jabatan politis yang juga merupakan percaturan kepentingan koleganya saja dan bukan merupakan kepentingan bangsa dan kemakmuran rakyat. Yang sangat lucu dinegeri ini, melamar pekerjaan di perusahaan kecil pun telah dilampirkan KTP, Riwayat hidup dan lain-lain, apa jadi menteri tidak dilampirkan persyaratan administrasi yaa kok tidak ketahuan sejak awal?
Sejarah pernah mencatat, dulu orang cerdas dan memiliki kepakaran lengser gara-gara politisi setan. Kalian tau siapa? ya, beliau adalah BJ. Habibie. Sekarang era demokrasi terbuka, jangan sampai Archandra yang sudah mau balik ke Indonesia dilengserkan oleh setan politisi hanya karena kue proyeknya dibersihkan.
Akbar Abba. Mahasiswa Unismuh Makassar. Kader HMI Cabang Gowa Raya.